banner 728x250

Nganjuk Geger! Fosil Gajah Purba Stegodon Utuh Terkuak di Lereng Gunung Pandan

nganjuk geger fosil gajah purba stegodon utuh terkuak di lereng gunung pandan portal berita terbaru
banner 120x600
banner 468x60

Tim peneliti dari Museum Geologi Bandung baru saja membuat penemuan yang menggemparkan di Nganjuk, Jawa Timur. Mereka berhasil mengungkap fosil utuh gajah purba jenis Stegodon di lereng Gunung Pandan, sebuah temuan yang diprediksi akan mengubah banyak pandangan tentang sejarah fauna di Nusantara.

Penemuan ini bukan sekadar tulang belulang biasa, melainkan kerangka yang relatif lengkap, memberikan gambaran utuh tentang raksasa yang pernah menjelajahi bumi jutaan tahun lalu. Keberadaan fosil utuh ini menjadi harta karun ilmiah yang sangat berharga.

banner 325x300

Penemuan Fenomenal di Lereng Gunung Pandan

Lokasi persis penemuan ini berada di Hutan Tritik, KPH Nganjuk, tepatnya di Desa Tritik, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk. Area ini dikenal memiliki potensi geologi yang kaya, namun jarang sekali ditemukan fosil seutuh dan selengkap ini.

Tim ekskavasi gabungan yang terdiri dari ahli Museum Geologi Bandung, Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Nganjuk, serta komunitas lokal Kota Sejuk Nganjuk bahu-membahu dalam proses pengangkatan. Kolaborasi ini menunjukkan sinergi kuat antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat.

Menurut Gunawan Widagdo dari Disporabudpar Nganjuk, proses ekskavasi ini berlangsung intensif sejak 14 Oktober. Ia menegaskan bahwa fosil Stegodon yang ditemukan benar-benar merupakan satu tubuh utuh, menjadikannya penemuan yang sangat langka dan berharga bagi dunia paleontologi.

Fosil gajah purba ini memiliki panjang sekitar 255 sentimeter, sebuah ukuran yang signifikan dan memberikan gambaran jelas tentang dimensi makhluk purba tersebut. Proses pengangkatan dan dokumentasi dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menjaga integritas temuan.

Stegodon: Raksasa Purba yang Pernah Hidup di Nusantara

Mengenal Lebih Dekat Stegodon

Bagi sebagian orang, nama Stegodon mungkin terdengar asing. Namun, gajah purba ini adalah salah satu megafauna yang pernah mendominasi lanskap Asia, termasuk wilayah Indonesia, selama periode Pliosen hingga Pleistosen, sekitar 2,6 juta hingga 11.700 tahun yang lalu.

Stegodon memiliki kemiripan dengan gajah modern, namun dengan beberapa perbedaan mencolok. Ciri khasnya terletak pada gadingnya yang lebih lurus dan panjang, serta gigi gerahamnya yang bergelombang, berbeda dengan gajah modern yang memiliki gading melengkung dan gigi geraham lebih datar.

Mereka bisa mencapai tinggi hingga 4 meter dengan berat beberapa ton, menjadikannya salah satu mamalia darat terbesar pada masanya. Penemuan di Nganjuk ini memberikan data konkret mengenai ukuran dan struktur tubuh Stegodon yang pernah hidup di Jawa.

Mengapa Penemuan Ini Penting?

Penemuan fosil Stegodon utuh adalah jendela langsung ke masa lalu yang sangat jauh. Ini memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari lebih detail anatomi, pola makan, habitat, dan bahkan perilaku gajah purba ini secara komprehensif.

Data dari fosil ini dapat membantu merekonstruksi ekosistem purba di Jawa, memahami perubahan iklim dan geologi yang terjadi jutaan tahun lalu, serta bagaimana kehidupan beradaptasi di tengah perubahan tersebut. Ini adalah kunci untuk memahami evolusi kehidupan di Nusantara.

Lebih dari itu, penemuan ini memperkaya khazanah paleontologi Indonesia dan menegaskan posisi Nganjuk sebagai salah satu situs penting dalam penelitian prasejarah. Setiap tulang, setiap fragmen, menyimpan cerita panjang tentang sejarah bumi.

Drama di Balik Proses Ekskavasi yang Panjang

Peran Komunitas Lokal dan Tim Ahli

Kisah penemuan fosil ini sebenarnya sudah dimulai sejak awal tahun 2024, jauh sebelum ekskavasi besar-besaran ini. Adalah Susilo (alm), anggota komunitas Kota Sejuk Nganjuk, yang pertama kali menemukan jejak fosil saat mendampingi tim Badan Geologi Nasional Bandung melakukan survei potensi sebaran fosil di Hutan Tritik.

Dedikasi Susilo dan komunitas lokal menjadi kunci awal yang tak ternilai. Tanpa mata jeli dan kepedulian mereka terhadap warisan sejarah, fosil ini mungkin masih tersembunyi di dalam tanah, menunggu waktu yang lebih lama untuk terungkap ke dunia.

Proses ekskavasi kali ini melibatkan total 22 orang, terdiri dari 11 ahli dari Badan Geologi, 7 orang dari komunitas Kota Sejuk dan Disporabudpar, serta 4 warga sekitar. Kolaborasi multisektoral ini menunjukkan bahwa penemuan ilmiah besar seringkali merupakan hasil kerja sama banyak pihak.

Tantangan dan Metode Pengangkatan Fosil

Meskipun ditemukan pada 2024, ekskavasi penuh baru bisa dilakukan pada Oktober 2025. Penundaan ini bukan tanpa alasan; keterbatasan waktu dan sumber daya pada penemuan awal membuat tim harus mengambil keputusan sulit untuk menunda proses pengangkatan.

Fosil yang ditemukan pertama kali itu sempat ditutup dengan gipsum dan terpal, lalu dikubur kembali demi keamanan dan integritasnya. Ini adalah praktik standar dalam paleontologi untuk melindungi temuan berharga dari kerusakan lingkungan, cuaca ekstrem, atau tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.

Gunawan Widagdo menjelaskan bahwa ekskavasi lanjutan di tahun 2025 ini juga menghadapi tantangan waktu. Meskipun demikian, beberapa bagian penting yang sudah jelas terbuka berhasil diangkat untuk penelitian lebih lanjut, sementara bagian lain mungkin akan diekskavasi di kemudian hari.

Nganjuk, Gudangnya Jejak Kehidupan Purba?

Penemuan Stegodon ini bukan yang pertama di Nganjuk atau Jawa Timur. Wilayah ini memang dikenal sebagai salah satu "laboratorium alam" untuk mempelajari kehidupan purba di Indonesia, dengan banyak situs arkeologi dan paleontologi yang tersebar.

Kondisi geologis Nganjuk, yang berada di lereng gunung dan memiliki lapisan tanah vulkanik, sangat kondusif untuk pengawetan fosil. Material vulkanik dapat dengan cepat menutupi dan melindungi sisa-sisa organisme, mencegah pembusukan dan memungkinkan proses fosilisasi yang sempurna.

Hal ini membuat potensi penemuan serupa di masa depan sangat tinggi, menjadikan Nganjuk sebagai daerah yang menjanjikan untuk penelitian prasejarah. Setiap penemuan baru berpotensi mengungkap babak baru dalam sejarah bumi dan kehidupan.

Penemuan ini juga berpotensi mengangkat nama Nganjuk di peta pariwisata edukasi dan penelitian. Bayangkan, suatu hari nanti, Nganjuk bisa menjadi destinasi utama bagi para peneliti dan wisatawan yang tertarik pada sejarah bumi dan evolusi kehidupan.

Apa Selanjutnya untuk Fosil Stegodon Ini?

Setelah proses pengangkatan selesai, fosil Stegodon ini akan dibawa ke Museum Geologi Bandung untuk proses konservasi dan penelitian lebih lanjut. Di sana, para ahli akan membersihkan, mengawetkan, dan menganalisis setiap detailnya dengan peralatan canggih.

Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap lebih banyak misteri tentang Stegodon dan lingkungan purba di Nganjuk. Data yang terkumpul akan menjadi bahan publikasi ilmiah dan edukasi bagi masyarakat luas, memperkaya pengetahuan kita tentang masa lalu.

Tidak menutup kemungkinan, setelah proses konservasi dan penelitian rampung, fosil ini akan dipamerkan kepada publik, baik di Museum Geologi Bandung maupun di Nganjuk sendiri, sebagai warisan berharga bagi generasi mendatang. Ini adalah cara terbaik untuk membagikan penemuan luar biasa ini kepada khalayak luas.

banner 325x300