Lembaga survei terkemuka, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, baru-baru ini merilis hasil evaluasi komprehensif terhadap kinerja setahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Survei ini menjadi sorotan publik, mengingat pentingnya tahun pertama bagi setiap kepemimpinan baru dalam mewujudkan janji-janji kampanye. Hasilnya menunjukkan potret yang menarik: lima rapor biru alias capaian positif, namun diiringi satu rapor merah yang patut menjadi perhatian serius.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, dalam konferensi pers virtual pada Kamis (23/10/2025), memaparkan detail dari temuan tersebut. Sektor sosial budaya, keamanan nasional, hukum nasional, politik nasional, dan hubungan internasional berhasil meraih rapor biru. Namun, sektor ekonomi nasional justru menjadi satu-satunya area yang mendapatkan rapor merah, menandakan adanya tantangan signifikan yang perlu segera diatasi.
Evaluasi Krusial: Mengapa Tahun Pertama Penting?
Tahun pertama pemerintahan seringkali dianggap sebagai momen krusial dan penentu arah bagi sebuah rezim baru. Pada periode inilah janji-janji kampanye yang telah diumbar selama masa pemilihan diuji di hadapan realitas. Ekspektasi publik begitu tinggi, menanti implementasi program-program yang dijanjikan akan membawa perubahan dan kemajuan.
Momen ini juga menjadi barometer awal bagaimana sebuah pemerintahan mampu beradaptasi dengan dinamika politik, sosial, dan ekonomi yang kompleks. Keberhasilan atau kegagalan di tahun pertama dapat membentuk persepsi publik secara jangka panjang, memengaruhi legitimasi dan dukungan terhadap kebijakan-kebijakan yang akan datang. Oleh karena itu, hasil survei LSI Denny JA ini menjadi cerminan awal yang penting bagi kepemimpinan Prabowo-Gibran.
Lima Rapor Biru: Sektor-sektor yang Dipuji
Meskipun ada tantangan, pemerintahan Prabowo-Gibran juga menunjukkan performa positif di beberapa sektor kunci. Capaian ini menjadi modal berharga untuk membangun kepercayaan publik dan melanjutkan agenda pembangunan nasional.
Hubungan Internasional: Puncak Prestasi Prabowo-Gibran
Sektor hubungan internasional menjadi bintang utama dalam evaluasi ini, meraih skor tertinggi sebesar 63,5 poin. Adjie Alfaraby menyoroti keaktifan Presiden Prabowo dalam kancah global sebagai faktor utama di balik capaian ini. Kehadiran dan pidato beliau di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dinilai mampu memberikan kesan positif dan memperkuat posisi Indonesia di mata dunia.
Ini menunjukkan bahwa diplomasi Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran berjalan efektif, mampu membangun jejaring, dan menegaskan peran strategis negara di panggung global. Keberhasilan ini tidak hanya meningkatkan citra bangsa, tetapi juga berpotensi membuka peluang kerja sama ekonomi dan politik yang lebih luas di masa depan.
Sosial Budaya: Harmoni dan Stabilitas Masyarakat
Sektor sosial budaya juga menunjukkan kinerja yang memuaskan dengan skor 61 poin. Capaian ini mengindikasikan bahwa stabilitas sosial dan kerukunan antar elemen masyarakat relatif terjaga. Program-program yang menyentuh aspek kebudayaan dan pemberdayaan masyarakat mungkin turut berkontribusi pada persepsi positif ini.
Masyarakat merasakan adanya upaya pemerintah dalam menjaga nilai-nilai luhur bangsa serta memfasilitasi interaksi sosial yang harmonis. Ini adalah fondasi penting bagi pembangunan berkelanjutan, di mana masyarakat merasa aman dan dihargai dalam keberagaman.
Keamanan Nasional: Stabilitas yang Terjaga
Aspek keamanan nasional mendapatkan skor 48,5 poin, menunjukkan bahwa kondisi keamanan di dalam negeri berada dalam kendali yang baik. Stabilitas politik dan ketertiban umum menjadi prasyarat utama bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi. Penanganan isu-isu keamanan, baik yang bersifat internal maupun eksternal, tampaknya dilakukan dengan efektif.
Rapor biru ini mencerminkan keberhasilan aparat keamanan dalam menjaga kedaulatan negara dan melindungi warga dari berbagai ancaman. Rasa aman yang dirasakan masyarakat adalah indikator penting dari kinerja positif di sektor ini.
Politik Nasional: Konsolidasi dan Dinamika Demokrasi
Dalam sektor politik nasional, pemerintahan Prabowo-Gibran meraih skor 9,4 poin. Meskipun tidak setinggi sektor hubungan internasional, skor ini tetap dikategorikan sebagai rapor biru, menandakan adanya stabilitas dan dinamika politik yang positif. Konsolidasi kekuatan politik, hubungan yang harmonis antara eksekutif dan legislatif, serta terjaganya iklim demokrasi menjadi indikator penting.
Ini menunjukkan bahwa meskipun ada berbagai perbedaan pandangan, proses politik berjalan sesuai koridor konstitusi. Pemerintah mampu mengelola dinamika politik dengan baik, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan.
Hukum Nasional: Penegakan dan Reformasi
Sektor hukum nasional memperoleh skor 8,3 poin, juga masuk dalam kategori rapor biru. Capaian ini mengindikasikan adanya upaya positif dalam penegakan hukum dan reformasi di bidang yudisial. Kepercayaan publik terhadap sistem hukum adalah pilar penting dalam negara demokrasi.
Upaya pemberantasan korupsi, peningkatan akses keadilan, serta reformasi birokrasi di lembaga hukum mungkin menjadi faktor pendorong skor ini. Masyarakat berharap agar penegakan hukum terus ditingkatkan demi terciptanya keadilan yang merata bagi seluruh warga negara.
Rapor Merah Tunggal: Tantangan Ekonomi Nasional yang Mendesak
Di tengah deretan rapor biru, sektor ekonomi nasional menjadi satu-satunya yang mendapatkan rapor merah, bahkan dengan skor minus 13,8 poin. Angka ini sangat mencolok dan menjadi sinyal peringatan serius bagi pemerintahan Prabowo-Gibran. Kondisi ekonomi yang kurang memuaskan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.
Inflasi yang tinggi, lapangan kerja yang belum optimal, daya beli masyarakat yang menurun, serta fluktuasi harga komoditas global dapat menjadi pemicu utama. Tantangan ekonomi ini secara langsung berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat, mulai dari harga kebutuhan pokok hingga peluang usaha. Pemerintah perlu segera merumuskan strategi konkret dan efektif untuk mengatasi kemerosotan ini, agar tidak semakin membebani rakyat.
Metodologi Survei LSI Denny JA: Akurasi dan Kredibilitas
Survei LSI Denny JA ini dilakukan dengan metodologi multi-stage random sampling, melibatkan 1.200 responden di seluruh Indonesia. Proses wawancara tatap muka menggunakan kuesioner dilakukan pada tanggal 10-19 Oktober 2025. Dengan margin of error sebesar ±2,9 persen, hasil survei ini memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Kredibilitas LSI Denny JA sebagai lembaga survei terkemuka memberikan bobot pada temuan ini. Metodologi yang ketat dan transparan memastikan bahwa data yang dikumpulkan merepresentasikan pandangan masyarakat secara luas, menjadikannya referensi penting bagi pemerintah dan publik.
Menatap ke Depan: Prioritas dan Harapan
Evaluasi satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran oleh LSI Denny JA ini memberikan gambaran yang jelas mengenai kekuatan dan kelemahan yang ada. Keberhasilan di sektor hubungan internasional, sosial budaya, keamanan, politik, dan hukum adalah modal berharga yang harus terus dipertahankan dan ditingkatkan. Ini menunjukkan bahwa fondasi tata kelola pemerintahan telah berjalan dengan baik di beberapa area krusial.
Namun, rapor merah di sektor ekonomi nasional adalah alarm yang tidak bisa diabaikan. Ini adalah tantangan terbesar yang harus menjadi prioritas utama pemerintah di tahun-tahun mendatang. Kebijakan ekonomi yang pro-rakyat, penciptaan lapangan kerja, pengendalian inflasi, dan peningkatan daya beli harus menjadi fokus utama. Dengan respons yang cepat dan tepat, diharapkan rapor merah ini dapat segera berubah menjadi biru, demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.




 
							













