Jagad media sosial baru-baru ini digegerkan oleh sebuah video yang menampilkan aksi tak biasa di salah satu ikon pariwisata Indonesia. Seorang wisatawan asal Korea Selatan terlihat asyik terbang menggunakan paralayang, melintasi hamparan lautan pasir dan puncak-puncak gunung di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Momen langka ini sontak menarik perhatian publik, memicu kekaguman sekaligus tanda tanya besar.
Video yang viral itu memperlihatkan parasut berwarna oranye terang melayang anggun di langit Bromo, diterbangkan oleh seorang paraglider berhelm putih. Pemandangan menakjubkan ini diabadikan oleh beberapa saksi mata yang kebetulan berada di lokasi, lalu diunggah ke media sosial hingga menyebar luas. Banyak yang takjub melihat keberanian turis tersebut, namun tak sedikit pula yang mempertanyakan legalitas aktivitas paralayang di kawasan konservasi sakral itu.
Aksi Terbang Bebas yang Sebenarnya Terjadi Dua Bulan Lalu
Mengutip laporan dari detikjatim, insiden paralayang ini ternyata bukan kejadian baru-baru ini. Peristiwa menawan sekaligus kontroversial itu sebenarnya terjadi sekitar dua bulan lalu. Kala itu, turis asing tersebut sengaja membawa peralatan parasut paralayangnya dan mendarat mulus di lautan pasir yang mengelilingi Gunung Bathok, yang lokasinya berdekatan dengan Gunung Bromo.
Efendy, seorang pemandu wisata lokal di Bromo, menjadi salah satu saksi mata yang beruntung melihat langsung momen tersebut. Ia mengaku sempat mengira paraglider itu adalah wisatawan domestik, sebelum akhirnya mengetahui bahwa ia adalah turis dari Korea Selatan. Pengakuan Efendy ini menguatkan bahwa aktivitas tersebut memang benar-benar terjadi dan bukan sekadar rekayasa.
Pesona Bromo: Antara Keindahan Alam dan Kesakralan Budaya
Gunung Bromo, dengan kawahnya yang aktif dan pemandangan matahari terbit yang memukau, telah lama menjadi magnet bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Keindahan alamnya yang eksotis, mulai dari lautan pasir yang luas hingga savana hijau, menjadikannya salah satu destinasi unggulan di Jawa Timur. Namun, Bromo bukan sekadar objek wisata biasa.
Bagi masyarakat Suku Tengger yang mendiami lereng-lereng gunung ini, Bromo adalah gunung suci. Berbagai ritual dan upacara adat, seperti Yadnya Kasada, rutin dilakukan di kawah Bromo sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan Sang Pencipta. Oleh karena itu, setiap aktivitas di kawasan ini tidak hanya diatur oleh regulasi konservasi, tetapi juga harus menghormati nilai-nilai budaya dan spiritual yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat.
TNBTS Buka Suara: Bukan Kecolongan, Melainkan Pelanggaran!
Viralnya video paralayang di Bromo tentu saja sampai ke telinga pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS, Septi Eka Wardhani, segera memberikan klarifikasi dan tanggapan resmi. Septi dengan tegas menyatakan bahwa pihaknya sangat menyayangkan penerbangan paralayang tersebut.
Ia menegaskan bahwa aktivitas paralayang adalah sesuatu yang dilarang keras di kawasan Gunung Bromo. Alasan utamanya bukan hanya karena Bromo adalah wilayah konservasi, tetapi juga karena statusnya sebagai area yang sangat sakral bagi masyarakat Tengger. Pernyataan ini sekaligus menepis anggapan bahwa TNBTS "kecolongan" dalam pengawasan.
Mengapa Paralayang Dilarang di Kawasan Bromo?
Larangan aktivitas paralayang di TNBTS bukan tanpa alasan. Septi Eka Wardhani menjelaskan bahwa pihaknya tidak pernah memberikan izin untuk kegiatan tersebut. Ia melihat insiden ini sebagai bentuk pelanggaran terhadap aturan yang berlaku di kawasan konservasi. Setiap pengunjung yang ingin melakukan aktivitas khusus di TNBTS diwajibkan untuk melalui proses perizinan sesuai prosedur yang ketat.
Paralayang, menurut Septi, tidak termasuk dalam kategori aktivitas khusus yang diizinkan atau terdaftar dalam daftar kegiatan resmi TNBTS. Oleh karena itu, penerbangan yang dilakukan oleh turis Korea Selatan ini dianggap sebagai aksi diam-diam tanpa sepengetahuan petugas. Aturan ini penting untuk menjaga kelestarian ekosistem, keselamatan pengunjung, serta menghormati nilai-nilai budaya dan spiritual yang melekat pada kawasan Bromo.
Dampak dan Konsekuensi dari Pelanggaran Aturan
Pelanggaran seperti ini tentu memiliki dampak yang serius. Secara ekologis, aktivitas terbang rendah bisa mengganggu satwa liar atau bahkan merusak vegetasi di area pendaratan. Dari sisi keselamatan, kondisi angin di pegunungan bisa sangat tidak terduga dan berisiko tinggi bagi paraglider yang tidak memiliki izin resmi atau tidak familiar dengan medan.
Secara hukum, meskipun turis tersebut mungkin sudah kembali ke negaranya, insiden ini tetap menjadi catatan pelanggaran. TNBTS perlu mengidentifikasi pelaku dan memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Hal ini juga menjadi tantangan bagi TNBTS dalam memperketat pengawasan dan sosialisasi aturan bagi wisatawan, baik domestik maupun internasional.
Pentingnya Edukasi dan Kepatuhan Wisatawan
Kasus paralayang di Bromo ini menjadi pengingat penting bagi seluruh wisatawan. Setiap kali mengunjungi kawasan konservasi atau tempat yang memiliki nilai budaya tinggi, sangat penting untuk memahami dan mematuhi peraturan yang berlaku. Informasi mengenai larangan atau izin khusus biasanya tersedia di pintu masuk atau situs resmi pengelola taman nasional.
Edukasi mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam dan menghormati budaya lokal harus terus digalakkan. Dengan begitu, pengalaman berwisata tidak hanya menyenangkan, tetapi juga bertanggung jawab dan berkelanjutan. Bromo adalah anugerah alam yang tak ternilai, dan menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaganya agar tetap lestari dan sakral.
Pada akhirnya, video viral ini bukan hanya sekadar tontonan yang menghibur. Ia membuka diskusi tentang pentingnya kesadaran berwisata, kepatuhan terhadap aturan, dan penghormatan terhadap nilai-nilai lokal. Semoga insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, agar keindahan Bromo dapat terus dinikmati tanpa mengorbankan kelestarian dan kesakralannya.




 
							













