Bencana alam kembali menghantam Asia Tenggara dengan kekuatan yang mematikan, kali ini giliran Vietnam yang berduka. Sebuah banjir bandang dahsyat yang melanda sejumlah wilayah di negara itu pekan ini telah menelan korban jiwa, meninggalkan duka mendalam bagi banyak keluarga yang kehilangan orang-orang terkasih. Total 13 orang dilaporkan meninggal dunia akibat terjangan air bah yang tak terduga ini, sebuah angka yang bisa jadi terus bertambah seiring upaya pencarian dan penyelamatan.
Vietnam Diterjang Bencana, Belasan Nyawa Melayang
Curah hujan ekstrem yang mengguyur Vietnam tengah selama beberapa hari terakhir menjadi pemicu utama bencana ini. Hujan tanpa henti menyebabkan air sungai meluap dengan cepat, merendam permukiman warga dan infrastruktur vital dalam hitungan jam. Keadaan darurat pun segera diberlakukan di banyak daerah yang terdampak, menandakan betapa seriusnya situasi yang sedang dihadapi.
Dua kota bersejarah yang menjadi permata budaya Vietnam, Hue dan Hoi An, kini menjadi wilayah yang paling parah merasakan dampak banjir. Pemandangan mengerikan terlihat di mana-mana, dengan sebagian besar kota-kota tersebut kini masih terendam air kecoklatan yang keruh. Upaya penyelamatan dan evakuasi terus dilakukan di tengah kondisi yang sulit, di mana tim SAR berpacu dengan waktu untuk menjangkau warga yang terjebak.
Kota Bersejarah Berubah Bak Kanal, Warga Terjebak Kengerian
Bayangkan, jalanan berbatu yang biasanya ramai oleh turis dan pedagang di Hoi An, kini berubah fungsi menjadi "kanal" dadakan. Perahu-perahu kecil menjadi satu-satunya alat transportasi yang bisa digunakan untuk bergerak di tengah kota, menggantikan sepeda motor dan mobil. Warga terpaksa berjuang keras untuk bertahan hidup, beradaptasi dengan kondisi yang sama sekali tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Seorang warga berusia 58 tahun, Le Thi Ti, mengungkapkan kengerian yang ia alami dan rasa putus asa yang menyelimuti. "Saya tidak pernah mengalami banjir setinggi dan selama ini seumur hidup," ujarnya, menggambarkan betapa parahnya situasi kali ini yang melampaui pengalaman generasi sebelumnya. Ia menambahkan, biasanya banjir hanya berlangsung sekitar tiga hari, namun kali ini air tak kunjung surut, membuat proses pembersihan dan pemulihan terasa mustahil.
Ketinggian air di beberapa area bahkan mencapai tiga meter, menenggelamkan lantai dua rumah dan bangunan. Lebih dari 128.000 rumah di lima provinsi Vietnam bagian tengah terendam total, membuat ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal dan seluruh harta benda mereka. Banyak warga yang harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi, meninggalkan kenangan dan jerih payah hidup mereka yang kini terendam. Kondisi ini tentu saja sangat mengkhawatirkan, memicu krisis kemanusiaan yang mendesak.
Dampak Mengerikan di Berbagai Sektor
Banjir ini tidak hanya merenggut nyawa dan merusak rumah, tetapi juga menghancurkan sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi sebagian besar warga. Lebih dari 5.000 hektare lahan pertanian hancur lebur, tak bisa diselamatkan dari genangan air dan lumpur. Ribuan hektare sawah dan kebun kini terendam, mengancam ketahanan pangan dan mata pencarian petani kecil.
Tak hanya itu, lebih dari 16.000 hewan ternak juga dilaporkan mati akibat terjebak banjir, menambah daftar panjang kerugian yang harus ditanggung. Peternak kehilangan seluruh aset mereka dalam sekejap mata, menghadapi masa depan yang tidak pasti. Kerugian materiil yang dialami masyarakat sangat besar dan butuh waktu lama untuk bisa pulih kembali, bahkan mungkin membutuhkan bantuan jangka panjang.
Infrastruktur pun tak luput dari amukan air bah yang ganas. Beberapa kilometer jalanan rusak parah atau tertutup banjir dan tanah longsor, memutus akses vital antar wilayah. Akses transportasi terputus, menghambat distribusi bantuan kemanusiaan dan upaya pemulihan. Kondisi ini tentu saja memperparah penderitaan warga yang terdampak, membuat mereka semakin terisolasi dari dunia luar.
Alarm Perubahan Iklim: Mengapa Ini Terjadi?
Vietnam memang dikenal sebagai negara yang rentan terhadap badai dan banjir mematikan, terutama selama musim badai yang biasanya terjadi dari bulan Oktober. Namun, curah hujan tinggi yang terjadi tahun ini telah menyebabkan sungai-sungai utama mencapai titik tertinggi dalam 60 tahun terakhir. Ini adalah rekor yang sangat mengkhawatirkan, menunjukkan adanya anomali cuaca yang serius.
Para ilmuwan semakin yakin bahwa perubahan iklim, yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, memperkeruh cuaca ekstrem seperti badai dan banjir. Emisi gas rumah kaca yang terus meningkat membuat pola cuaca menjadi tidak menentu dan lebih intens, memicu bencana yang lebih sering dan lebih parah. Apa yang terjadi di Vietnam ini adalah salah satu bukti nyata dari dampak krisis iklim yang tidak bisa lagi diabaikan.
Fenomena La Nina yang sedang berlangsung juga diduga turut berkontribusi terhadap curah hujan yang lebih tinggi di wilayah Asia Tenggara, memperburuk kondisi yang sudah ada. Kombinasi faktor-faktor ini menciptakan "badai sempurna" yang menyebabkan bencana dahsyat ini. Dunia harus lebih serius menanggapi ancaman perubahan iklim, karena dampaknya kini terasa di setiap sudut bumi.
Bencana Berulang, Kerugian Tak Terhitung
Tragedi ini bukanlah yang pertama bagi Vietnam, melainkan bagian dari serangkaian bencana yang terus berulang. Selama sembilan bulan pertama tahun ini saja, bencana alam seperti badai, banjir, dan tanah longsor telah menewaskan atau menyebabkan hilangnya 187 orang di seluruh negeri. Angka ini menunjukkan betapa rentannya Vietnam terhadap gejolak alam, yang semakin diperparah oleh perubahan iklim global.
Kerugian ekonomi akibat bencana alam juga sangat besar, memberikan pukulan telak bagi pembangunan negara. Data pemerintah menunjukkan bahwa kerugian diperkirakan mencapai lebih dari US$610 juta, atau sekitar Rp9,64 triliun. Angka fantastis ini mencerminkan betapa parahnya dampak yang ditimbulkan oleh serangkaian bencana ini terhadap perekonomian negara, menghambat pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat Vietnam kini menghadapi tantangan berat untuk bangkit dari keterpurukan ini. Bantuan kemanusiaan sangat dibutuhkan untuk meringankan beban mereka, mulai dari makanan, pakaian, hingga tempat tinggal sementara. Semoga pemerintah dan komunitas internasional dapat bekerja sama secara efektif untuk membantu pemulihan Vietnam dari bencana dahsyat ini, serta mencari solusi jangka panjang untuk menghadapi ancaman perubahan iklim yang semakin nyata dan mendesak. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk bertindak.




 
							













