Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, memberikan pujian khusus atas pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Momen langka ini terjadi di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC, sebuah forum yang mempertemukan para pemimpin ekonomi Asia-Pasifik. Pujian Prabowo bukan tanpa alasan, mengingat rivalitas global yang kian meruncing dan perang tarif yang membara antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Pernyataan ini disampaikan Prabowo saat konferensi pers usai melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Selandia Baru, Christopher Luxon. Keduanya berada di Gyeongju, Korea Selatan, tempat KTT APEC berlangsung pada Jumat (31/10). Fokus utama Prabowo adalah dampak positif yang bisa dihasilkan dari dialog tingkat tinggi semacam ini.
Pertemuan Puncak yang Dinanti: Trump dan Xi Jinping di APEC
"Alhamdulillah ketemu," ujar Prabowo, menyiratkan kelegaan atas pertemuan dua pemimpin negara adidaya tersebut. Ia menambahkan bahwa suasana pertemuan Trump dan Xi Jinping terdengar positif, sebuah harapan yang diidamkan banyak pihak. Pertemuan ini sendiri berlangsung di Busan pada Kamis (30/10), sehari sebelum puncak KTT APEC.
Media pemerintah China, Xinhua, melaporkan bahwa kedua negara sepakat untuk bertukar pandangan mengenai isu-isu penting. Topik utama yang dibahas meliputi ekonomi dan perdagangan, yang selama ini menjadi sumber ketegangan. Meskipun detail kesepakatan belum diungkap secara gamblang, adanya dialog langsung sudah menjadi sebuah kemajuan signifikan.
Mengapa Pertemuan Ini Sangat Krusial?
Prabowo menegaskan bahwa pertemuan antara Trump dan Xi Jinping akan sangat memengaruhi ketenangan dunia. Stabilitas global, menurutnya, adalah fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi. Tanpa ketenangan, roda perekonomian dunia akan sulit berputar optimal, bahkan cenderung melambat atau terhenti.
"Ekonomi dunia sangat tergantung ketenangan, saya kira itu," kata Prabowo. Pernyataan ini menggarisbawahi betapa pentingnya diplomasi dan komunikasi terbuka di antara para pemimpin dunia. Terutama di saat ketidakpastian geopolitik sedang memuncak.
Perang Dagang AS-China: Sejarah dan Dampaknya
Hubungan AS dan China telah lama diwarnai oleh ketegangan, terutama dalam isu perdagangan. Sejak era kepresidenan Trump sebelumnya, kedua negara terlibat dalam perang tarif impor yang saling membalas. Washington memberlakukan tarif tinggi pada produk-produk China, dan Beijing membalas dengan langkah serupa.
Perang dagang ini tidak hanya merugikan kedua negara, tetapi juga menciptakan gelombang ketidakpastian di pasar global. Perusahaan-perusahaan multinasional kesulitan merencanakan investasi, rantai pasok terganggu, dan konsumen di seluruh dunia merasakan dampaknya. Pertemuan di APEC ini diharapkan menjadi titik balik untuk meredakan tensi yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
Peran APEC dalam Meredakan Ketegangan Global
Dalam kesempatan yang sama, Prabowo juga menyinggung pembahasan dalam KTT APEC secara keseluruhan. Ia menyebut bahwa komunitas internasional berusaha keras meredakan berbagai konflik yang ada melalui forum ini. APEC bukan hanya platform untuk membahas ekonomi, tetapi juga wadah diplomasi yang krusial.
"Masing-masing menyampaikan, kan sekarang situasi dunia penuh ketidakpastian, seolah ada perang tarif, kemudian geopolitik masih sangat rawan, banyak sekali konflik," jelas Prabowo. Upaya untuk "menurunkan suhu" dan "meredakan" ketegangan menjadi agenda utama yang disuarakan oleh banyak negara anggota. Ini menunjukkan bahwa dialog multilateral masih menjadi harapan terbaik untuk mencari solusi damai.
Indonesia dan Harapan Prabowo untuk Stabilitas Dunia
Sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif, Indonesia memiliki kepentingan besar dalam menjaga stabilitas global. Prabowo, melalui pernyataannya, menunjukkan komitmen Indonesia untuk mendorong perdamaian dan kerja sama. Indonesia selalu berupaya menjadi jembatan dialog di tengah perbedaan.
Harapan Prabowo agar pertemuan Trump-Xi membawa ketenangan dunia adalah cerminan dari visi Indonesia. Stabilitas global akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Ini juga membuka peluang bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia untuk menarik investasi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Ancaman Konflik Global yang Tak Kunjung Usai
Di luar perang dagang, dunia memang sedang menghadapi berbagai konflik yang mengancam stabilitas. Perang Rusia dan Ukraina, misalnya, masih berkecamuk sejak Februari 2022 tanpa tanda-tanda mereda. Konflik ini tidak hanya menimbulkan krisis kemanusiaan, tetapi juga memicu krisis energi dan pangan global.
Di Timur Tengah, situasi antara Israel dan Palestina juga masih menjadi sorotan dunia. Meskipun ada upaya gencatan senjata, Jalur Gaza terus digempur, menambah daftar panjang penderitaan. Konflik ini memicu ketegangan di seluruh kawasan dan memiliki potensi untuk memicu eskalasi yang lebih luas.
Tak ketinggalan, kawasan Semenanjung Korea juga kerap memanas. Korea Utara secara rutin melakukan uji coba nuklir dan rudal, sementara Korea Selatan merespons dengan latihan militer bersama AS. Kedua tindakan ini menciptakan lingkaran ketegangan yang berbahaya, mengancam perdamaian di Asia Timur. Semua konflik ini menegaskan betapa krusialnya setiap upaya diplomasi, termasuk pertemuan antara Trump dan Xi Jinping.
Masa Depan Ekonomi dan Geopolitik: Akankah Ada Titik Terang?
Pertemuan antara Presiden AS dan China di sela KTT APEC ini, meskipun baru langkah awal, membawa secercah harapan. Di tengah badai geopolitik dan ekonomi yang melanda dunia, dialog langsung antara dua kekuatan terbesar ini bisa menjadi katalisator. Sebuah sinyal bahwa bahkan di tengah rivalitas, ada ruang untuk kompromi dan kerja sama.
Dunia menanti dengan napas tertahan, apakah pertemuan ini akan benar-benar menjadi awal dari meredanya ketegangan global. Akankah perang tarif berakhir? Akankah ada koordinasi yang lebih baik dalam menangani konflik-konflik lain? Hanya waktu yang bisa menjawab, namun setidaknya, untuk saat ini, ada alasan untuk sedikit bernapas lega.




 
							













