Kabar gembira bagi para pencinta film horor! Salah satu film horor Thailand paling ikonik dan melegenda, "Shutter," kini hadir dalam versi Indonesia. Dibintangi oleh dua nama besar di industri perfilman Tanah Air, Vino G. Bastian dan Anya Geraldine, film ini siap menghadirkan teror baru yang tak kalah mencekam di layar lebar. Bersiaplah untuk pengalaman horor yang akan membuatmu berpikir dua kali sebelum menjepret foto.
Menguak Teror di Balik Lensa: Sinopsis Shutter Versi Indonesia
"Shutter" versi Indonesia akan membawa penonton ke dalam kisah kelam sepasang kekasih, Darwin (Vino G. Bastian) dan Pia (Anya Geraldine). Darwin, seorang fotografer muda berbakat, hidup normal bersama kekasihnya. Namun, semua berubah setelah sebuah insiden mengerikan yang mereka alami.
Suatu malam, setelah berpesta bersama teman-teman lama, Darwin dan Pia dalam perjalanan pulang. Di tengah jalan, sebuah kecelakaan tak terduga terjadi; mobil mereka menabrak seorang perempuan yang tengah menyeberang jalan. Panik dan diliputi rasa takut, keduanya memutuskan untuk meninggalkan lokasi kejadian, berharap insiden itu akan terkubur bersama gelapnya malam.
Namun, takdir berkata lain. Sejak malam nahas itu, kehidupan Darwin dan Pia mulai diselimuti keanehan yang tak masuk akal. Teror demi teror mulai menghantui mereka, terutama Darwin yang berprofesi sebagai fotografer. Dalam setiap jepretan kameranya, seringkali muncul bayangan aneh seorang perempuan yang tak kasat mata.
Awalnya, Darwin menganggapnya hanya gurauan dari teman-temannya yang menyebutnya "foto hantu." Ia tak terlalu menanggapi serius, mencoba mencari penjelasan logis di balik fenomena tersebut. Namun, Pia memiliki firasat kuat bahwa semua kejadian aneh ini berkaitan erat dengan tabrak lari yang mereka lakukan.
Dari Gurauan Menjadi Ancaman Nyata
Seiring berjalannya waktu, teror yang mereka alami semakin intens dan tak bisa lagi dianggap remeh. Bukan hanya Darwin dan Pia, teman-teman mereka yang sebenarnya tidak terlibat langsung dalam insiden tabrak lari pun mulai merasakan dampaknya. Satu per satu, mereka menghadapi teror yang membahayakan keselamatan, bahkan mengancam nyawa.
Darwin perlahan mulai menyadari bahwa semua ini bukan sekadar kutukan akibat tabrak lari. Ada sesuatu yang jauh lebih dalam, sebuah rahasia kelam dari masa lalu yang kini bangkit untuk menuntut balas. Peristiwa tabrak lari itu hanyalah pemicu, membuka gerbang bagi teror yang telah lama terpendam.
Misteri di balik bayangan perempuan dalam foto, serta rentetan kejadian mengerikan yang menimpa mereka dan teman-teman, memaksa Darwin untuk menggali lebih dalam. Ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu, jauh sebelum kecelakaan itu, untuk bisa menghentikan teror yang mengancam kehidupan mereka.
Mengapa Shutter Thailand Begitu Melegenda?
Bagi penggemar horor, nama "Shutter" tentu sudah tidak asing lagi. Film original Thailand yang dirilis pada tahun 2004 ini dianggap sebagai salah satu film horor Asia terbaik sepanjang masa. Disutradarai oleh Banjong Pisanthanakun dan Parkpoom Wongpoom, "Shutter" berhasil menciptakan standar baru dalam genre horor.
Kisah yang cerdas, plot twist yang mengejutkan, serta atmosfer horor yang mencekam dan psikologis, membuat "Shutter" meraih sukses besar di seluruh dunia. Film ini tidak hanya mengandalkan jump scare, tetapi juga membangun ketegangan secara perlahan, membuat penonton terus dihantui rasa penasaran dan ketakutan. Tak heran jika "Shutter" menjadi inspirasi bagi banyak film horor lainnya dan sering disebut sebagai "cult classic" yang tak lekang oleh waktu. Keberhasilannya inilah yang membuat banyak pihak menantikan bagaimana versi Indonesia akan menginterpretasikan ulang legenda horor ini.
Duet Maut di Balik Layar: Falcon Pictures, GDH, dan Herwin Novianto
Proyek "Shutter" versi Indonesia ini merupakan kolaborasi terbaru yang menjanjikan antara rumah produksi Falcon Pictures dari Indonesia dan GDH dari Thailand. Keduanya sebelumnya telah sukses besar dengan film "Kang Mak from Pee Mak," yang juga merupakan adaptasi film Thailand. Kerja sama ini menunjukkan komitmen untuk menghadirkan kualitas produksi yang tinggi dan cerita yang kuat.
Untuk mengarahkan "Shutter" versi Indonesia, mereka kembali mempercayakan kursi sutradara kepada Herwin Novianto. Herwin bukanlah nama baru dalam kerja sama ini; ia juga yang mengarahkan "Kang Mak" dan film drama sukses "Miracle in Cell No. 7" versi Indonesia, yang juga dibintangi Vino G. Bastian. Pengalamannya dalam menggarap film dengan emosi mendalam dan sentuhan horor (seperti film "Fireworks" 2023) menjadikannya pilihan yang tepat untuk menghidupkan kembali teror "Shutter."
Vino G. Bastian dan Anya Geraldine: Chemistry yang Dinanti
Pemilihan Vino G. Bastian sebagai Darwin dan Anya Geraldine sebagai Pia tentu menjadi daya tarik utama film ini. Vino G. Bastian dikenal sebagai aktor serba bisa yang telah membintangi berbagai genre film, termasuk horor. Perannya dalam film horor seperti "Qodrat" dan "Jailangkung" membuktikan kemampuannya dalam membawakan karakter yang kompleks dan menghadapi situasi mencekam.
Sementara itu, Anya Geraldine, yang semakin menunjukkan kemampuannya di dunia akting, juga memiliki pengalaman dalam genre thriller dan horor. Kehadiran keduanya diharapkan mampu menciptakan chemistry yang kuat sebagai pasangan yang dihantui, sekaligus memberikan performa akting yang mendalam untuk menghidupkan ketakutan dan keputusasaan karakter mereka. Kombinasi talenta mereka diyakini akan menambah dimensi baru pada kisah horor yang sudah melegenda ini.
Lebih dari Sekadar Remake: Menghadirkan Nuansa Baru
Tantangan terbesar dalam mengadaptasi film horor klasik seperti "Shutter" adalah bagaimana menghadirkan nuansa baru tanpa menghilangkan esensi dari cerita aslinya. Falcon Pictures dan GDH, bersama sutradara Herwin Novianto, tampaknya bertekad untuk tidak hanya sekadar meniru, tetapi juga memberikan sentuhan lokal dan interpretasi segar yang relevan dengan penonton Indonesia.
Meskipun detail spesifik tentang perbedaan dengan versi asli belum banyak diungkap, diharapkan ada elemen-elemen yang membuat "Shutter" versi Indonesia terasa unik. Mungkin ada penyesuaian budaya, gaya penceritaan, atau bahkan pengembangan karakter yang lebih mendalam. Hal ini penting agar film ini tidak hanya memuaskan penggemar lama, tetapi juga menarik penonton baru yang belum familiar dengan versi Thailand. Keberanian untuk berinovasi sambil tetap menghormati materi sumber adalah kunci keberhasilan sebuah remake.
Siap-siap Teror Shutter Menghantui Bioskop Mulai 30 Oktober!
Dengan kombinasi cerita horor yang sudah terbukti kekuatannya, sutradara berpengalaman, dan jajaran pemain papan atas, "Shutter" versi Indonesia menjadi salah satu film yang paling dinanti di akhir tahun ini. Kisah tentang teror yang berawal dari sebuah foto dan rahasia masa lalu ini siap membuat bulu kudukmu merinding dan pikiranmu terusik.
Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan bagaimana Vino G. Bastian dan Anya Geraldine menghadapi kutukan foto misterius ini. Bersiaplah untuk pengalaman sinematik yang menegangkan dan penuh misteri. Tandai kalendermu, karena "Shutter" versi Indonesia akan mulai menghantui bioskop kesayanganmu pada 30 Oktober mendatang. Berani nonton?




 
							













