Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa akhirnya buka suara mengenai target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Angka ambisius ini, menurut Purbaya, bukanlah sekadar janji manis, melainkan fondasi penting menuju Indonesia Maju yang lebih sejahtera. Ia mengakui bahwa mencapai angka tersebut memang tidak mudah, namun optimisme tetap membara di jajaran Kementerian Keuangan.
Bukan Angka Sembarangan: Menkeu Purbaya Buka Suara
Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto bukanlah angka main-main. Ini adalah sebuah misi besar yang membutuhkan kerja keras dan kolaborasi dari semua pihak. Seluruh jajaran Kemenkeu pun telah ditugaskan secara khusus untuk memastikan target ini bisa tercapai.
"Delapan persen itu bukan angka yang kecil, kita hampir jarang sekali mencapai pertumbuhan setinggi itu di masa lalu," kata Purbaya dalam Upacara Hari Oeang ke-79 di Jakarta. Ia menambahkan bahwa Indonesia hanya pernah mencicipi pertumbuhan di atas angka tersebut dalam satu triwulan saja. Hal ini menunjukkan betapa besar tantangan yang harus dihadapi.
Kilas Balik: Mengapa 8 Persen Begitu Ambisius?
Sejarah ekonomi Indonesia memang mencatat bahwa pertumbuhan di atas 8 persen adalah sesuatu yang langka. Angka ini jauh melampaui rata-rata pertumbuhan ekonomi yang biasa kita saksikan setiap tahunnya. Oleh karena itu, target ini seringkali memicu perdebatan dan pertanyaan mengenai realistis atau tidaknya.
Namun, di balik ambisi tersebut, ada visi besar Presiden Prabowo untuk membawa Indonesia ke level yang lebih tinggi. Target 8 persen ini diharapkan menjadi pemicu bagi seluruh elemen bangsa untuk bekerja lebih keras, berinovasi, dan menciptakan terobosan-terobosan baru demi kemajuan ekonomi.
Strategi Jitu Kemenkeu: Bukan Sekadar Bagi-bagi Duit
Purbaya menjelaskan bahwa peran Kemenkeu dalam mencapai target ini jauh lebih luas dari sekadar mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kemenkeu memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan setiap rupiah yang dialokasikan benar-benar mendorong roda perekonomian. Ini berarti bukan hanya soal menyalurkan dana, tetapi juga memastikan efektivitas dan dampak positifnya.
"Ini tanggung jawab kita semua bersama. Kita bukan hanya bagi-bagi duit di APBN, tapi memastikan semuanya bisa mendorong ekonomi dengan baik," tegas Purbaya. Kemenkeu akan mengambil peran yang lebih proaktif, tidak hanya sebagai bendahara negara, tetapi juga sebagai fasilitator dan pendorong pertumbuhan.
Membangun Iklim Investasi yang Kondusif
Salah satu kunci utama untuk mencapai pertumbuhan 8 persen adalah dengan menciptakan iklim investasi yang lebih baik. Purbaya berjanji bahwa Kemenkeu akan bekerja keras untuk menarik lebih banyak investasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Ini termasuk menyederhanakan regulasi, memberikan insentif yang tepat, dan memastikan kepastian hukum bagi para investor.
Iklim investasi yang kondusif akan memicu masuknya modal, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan produksi. Dengan demikian, roda ekonomi akan berputar lebih cepat, memberikan dorongan signifikan terhadap pertumbuhan. Kemenkeu akan menjadi garda terdepan dalam upaya ini, berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga terkait.
Target 8 Persen: Bukan Angka di Langit, Tapi di Bumi
Meskipun mengakui tantangannya, Purbaya tetap yakin bahwa target 8 persen bukanlah mimpi di siang bolong. "Delapan persen bukan angka yang di langit, itu sesuatu hal yang bisa kita capai," ucapnya penuh optimisme. Kuncinya adalah kerja sama yang solid dan memastikan anggaran terserap dengan baik serta tepat sasaran.
Purbaya juga menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi yang dicari bukan hanya sekadar angka tinggi di laporan statistik. Lebih dari itu, pertumbuhan tersebut harus benar-benar "dirasakan rakyat." Artinya, peningkatan ekonomi harus berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat, mengurangi kemiskinan, dan menciptakan pemerataan.
Jurus Jitu Prabowo: Program Unggulan Penopang Ekonomi
Untuk mencapai target ambisius ini, Presiden Prabowo Subianto telah menyiapkan sejumlah program unggulan yang diharapkan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Program-program ini dirancang untuk menyentuh berbagai sektor dan lapisan masyarakat, menciptakan efek domino yang positif.
Salah satu program yang menjadi sorotan adalah pembangunan 3 juta rumah. Inisiatif ini tidak hanya akan mengatasi masalah kebutuhan papan, tetapi juga menggerakkan sektor konstruksi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan permintaan terhadap bahan bangunan serta jasa terkait. Efek bergandanya sangat besar bagi perekonomian.
Selain itu, ada program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak dini. Program ini diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya di kalangan bawah, serta menciptakan permintaan yang stabil bagi sektor pertanian dan pangan. Kesehatan dan gizi yang lebih baik akan menghasilkan tenaga kerja yang lebih produktif di masa depan.
Tidak ketinggalan, program Koperasi Desa Merah Putih juga menjadi andalan untuk memperkuat ekonomi kerakyatan. Dengan memberdayakan koperasi di tingkat desa, diharapkan akan muncul sentra-sentra ekonomi baru yang mandiri dan berkelanjutan. Ini akan mendorong pemerataan ekonomi dan mengurangi kesenjangan antar daerah.
Realita Saat Ini: Jauh dari Target, Tapi Tetap Berjuang
Meski optimisme tinggi, realita menunjukkan bahwa perjalanan menuju 8 persen masih panjang. Laporan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal II 2025 menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen (yoy). Angka ini, meskipun cukup baik di tengah gejolak ekonomi global, masih jauh dari target 8 persen yang dicanangkan.
Namun, Purbaya menegaskan bahwa Kemenkeu dan seluruh jajaran pemerintah tidak akan menyerah. Kesenjangan antara target dan capaian saat ini justru menjadi pemicu untuk bekerja lebih keras dan mencari solusi inovatif. Evaluasi terus-menerus akan dilakukan untuk mengidentifikasi hambatan dan merumuskan strategi yang lebih efektif.
Menuju Indonesia Maju: Mampukah Kita Meraihnya?
Target pertumbuhan ekonomi 8 persen adalah cerminan dari ambisi besar Indonesia untuk menjadi negara maju. Ini bukan hanya tentang angka, tetapi tentang kualitas hidup, kesejahteraan, dan kemandirian bangsa. Purbaya Yudhi Sadewa telah memberikan gambaran jelas mengenai tantangan dan optimisme yang menyertainya.
Dengan komitmen kuat dari pemerintah, dukungan dari sektor swasta, dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat, cita-cita ini bukan tidak mungkin terwujud. Pertanyaan besarnya kini adalah, mampukah Indonesia bersatu padu, menghadapi segala rintangan, dan benar-benar meraih pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya tinggi, tetapi juga inklusif dan berkelanjutan? Waktu yang akan menjawab.




 
							













