Langit Cirebon mendadak geger pada awal Oktober lalu. Sebuah bola api misterius melintas, disusul dentuman keras yang membuat warga bertanya-tanya. Fenomena langit yang tak biasa ini segera menarik perhatian banyak pihak, memicu spekulasi dan rasa penasaran publik.
Namun, misteri itu kini terkuak. Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, memastikan bahwa bola api tersebut adalah meteor berukuran "cukup besar". Penjelasan ini memberikan titik terang atas kejadian yang sempat menghebohkan tersebut.
Menurut Thomas, meteor itu terekam jelas oleh CCTV saat melintasi langit Cirebon sekitar pukul 18.35 WIB. Tak hanya itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mendeteksi adanya getaran di wilayah Cirebon pada pukul 18.39 WIB, menguatkan bukti adanya benda asing yang memasuki atmosfer.
"Saya menyimpulkan itu adalah meteor cukup besar yang melintas memasuki wilayah Kuningan, Kabupaten Cirebon dari arah barat daya sekitar pukul 18.35-18.39 WIB," ujar Thomas Djamaluddin. Ia menambahkan bahwa meteor tersebut kemudian jatuh di Laut Jawa.
Ketika meteor berukuran besar seperti ini memasuki atmosfer Bumi, ia akan bergesekan dengan udara. Gesekan ini menciptakan panas ekstrem dan gelombang kejut yang kita dengar sebagai suara dentuman keras. Fenomena ini, meskipun jarang, adalah bagian alami dari interaksi Bumi dengan objek luar angkasa.
Kejadian di Cirebon ini menjadi pengingat betapa dinamisnya alam semesta di sekitar kita. Uniknya, peristiwa ini terjadi di bulan Oktober, yang memang dikenal sebagai "bulan meteor" karena menjadi waktu aktif bagi beberapa hujan meteor tahunan.
Fenomena Langit Oktober: Bulan Penuh Hujan Meteor
Bulan Oktober bukan hanya tentang meteor tunggal yang jatuh, tetapi juga menjadi panggung bagi sejumlah pertunjukan hujan meteor yang memukau. Para pengamat langit dan pecinta astronomi di seluruh dunia selalu menantikan momen ini. Siap-siap untuk terpukau oleh keindahan langit malam!
Ada setidaknya lima hujan meteor yang siap menghiasi langit selama periode Oktober 2025. Masing-masing memiliki karakteristik unik dan waktu puncaknya sendiri. Mari kita telusuri satu per satu agar kamu tidak ketinggalan momen langka ini.
1. Hujan Meteor Draconid: Ratusan Meteor di Puncak!
Hujan meteor Draconid adalah salah satu yang paling dinantikan di awal Oktober. Fenomena ini aktif antara tanggal 6 hingga 10 Oktober 2025, dengan puncaknya diperkirakan terjadi pada malam tanggal 8 Oktober. Sumber debu yang membentuk hujan meteor ini berasal dari komet 21P/Giacobini-Zinner.
Draconid dikenal memiliki potensi untuk menampilkan ratusan meteor per jam saat momen puncaknya. Sebagai contoh, pada tahun 2011, pengamat di Eropa melaporkan melihat hingga 600 meteor per jam, sebuah pemandangan yang luar biasa. Sayangnya, pada tahun ini, cahaya Bulan purnama pada malam 6-8 Oktober mungkin akan sedikit mempersulit pengamatan. Namun, dengan langit yang cukup gelap dan posisi yang tepat, kamu masih bisa menikmati beberapa penampakannya.
2. Hujan Meteor Orionid: Jejak Komet Halley yang Legendaris
Selanjutnya ada Hujan Meteor Orionid, yang memiliki periode aktivitas cukup panjang, mulai dari 2 Oktober hingga 12 November 2025. Puncak dari hujan meteor ini akan terjadi pada malam tanggal 21-22 Oktober. Ini adalah kesempatan emas untuk melihat sisa-sisa debu dari salah satu komet paling terkenal, Komet Halley (1P/Halley).
Dalam kondisi langit yang benar-benar gelap dan bebas polusi cahaya, pengamat mungkin dapat melihat sekitar 5 hingga 20 meteor per jam. Angka ini bisa bervariasi tergantung pada kondisi lokal dan seberapa jernih langit di lokasi pengamatanmu. Meteor Orionid dikenal karena kecepatannya yang tinggi dan seringkali meninggalkan jejak yang terang.
3. Hujan Meteor Taurid Selatan: Lambat Tapi Memukau
Hujan meteor Taurid Selatan adalah fenomena yang berlangsung cukup lama, dari awal Oktober hingga pertengahan November. Meskipun demikian, beberapa meteor dari aliran ini sudah bisa terlihat lebih awal, termasuk sekitar tanggal 10 Oktober 2025. Ini memberikan banyak kesempatan untuk mengamatinya.
Intensitas hujan meteor ini tergolong rendah, hanya sekitar 3-5 meteor per jam di langit yang gelap sempurna. Namun, jangan remehkan Taurid Selatan! Meteor-meteor ini bergerak lambat dan seringkali terlihat lebih terang dari biasanya, menjadikannya pemandangan yang unik dan memukau. Kecepatan rendahnya memungkinkan kita untuk menikmati jejaknya lebih lama.
4. Hujan Meteor Delta Aurigid: Pesona Minor di Rasi Bintang Auriga
Pada tanggal 11 Oktober 2025, langit akan dihiasi oleh puncak Hujan Meteor Delta Aurigid. Fenomena astronomi ini termasuk dalam kategori hujan meteor minor, yang berarti intensitasnya tidak terlalu tinggi, sekitar 5 meteor per jam. Meskipun demikian, setiap penampakan meteor selalu menjadi momen yang istimewa.
Radian hujan meteor Delta Aurigid terletak di rasi bintang Auriga. Waktu terbaik untuk mengamatinya adalah menjelang tengah malam hingga dini hari, ketika rasi Auriga mulai tampak tinggi di langit. Pastikan kamu mencari lokasi dengan pandangan langit yang luas dan minim cahaya.
5. Hujan Meteor Epsilon Geminid: Penutup Oktober yang Manis
Sebagai penutup rangkaian hujan meteor di bulan Oktober, ada Hujan Meteor Epsilon Geminid. Puncaknya akan terjadi pada tanggal 18 Oktober 2025. Sama seperti Delta Aurigid, fenomena ini juga termasuk dalam kategori hujan meteor minor, dengan intensitas sekitar 3-5 meteor per jam.
Meskipun intensitasnya tidak setinggi hujan meteor besar lainnya, Epsilon Geminid tetap menawarkan pemandangan yang indah bagi para pengamat. Waktu terbaik untuk mengamatinya adalah antara pukul 01.00 dini hari hingga menjelang fajar. Siapkan dirimu untuk menikmati keindahan langit malam di penghujung Oktober ini.
Jadi, setelah kejadian bola api misterius di Cirebon, kini kita tahu bahwa langit di bulan Oktober menyimpan banyak kejutan. Dari meteor tunggal yang menghebohkan hingga hujan meteor yang rutin menghiasi malam, alam semesta selalu punya cara untuk membuat kita terpukau. Jangan lupa untuk sesekali mendongak ke atas dan menikmati keajaiban yang terhampar di sana!


















