banner 728x250

Ribuan Warga Bandung Barat Keracunan ‘Makan Bergizi Gratis’, Anggota DPR Rajiv Ungkap Fakta Mengejutkan di Baliknya!

Anggota DPR Rajiv menjenguk korban keracunan massal program makan bergizi gratis di rumah sakit.
Anggota DPR RI Rajiv menjenguk korban keracunan massal program makan bergizi gratis di rumah sakit Kabupaten Bandung Barat.
banner 120x600
banner 468x60

Tragedi keracunan massal mengguncang Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, ketika sekitar 1.000 warga, mayoritas anak-anak sekolah, jatuh sakit usai mengonsumsi program "makan bergizi gratis" (MBG). Insiden memilukan ini terjadi di Kecamatan Cipongkor, dan telah menarik perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk Anggota DPR RI Fraksi Partai NasDem, Rajiv, yang langsung turun tangan menjenguk para korban.

Tragedi Makanan Gratis yang Menelan Ribuan Korban

banner 325x300

Sejak Senin, 23 September 2025, laporan dari otoritas kesehatan setempat mulai mengalir, menunjukkan peningkatan drastis jumlah pasien dengan gejala keracunan makanan. Angka korban terus merangkak naik hingga mencapai sekitar 1.000 orang, sebuah jumlah yang mengkhawatirkan dan memicu status Kejadian Luar Biasa (KLB) di wilayah tersebut.

Para korban, yang sebagian besar adalah siswa sekolah yang mengikuti program MBG, mengalami gejala serupa: pusing hebat, sakit perut melilit, mual, hingga sesak napas. Kondisi ini tentu saja menimbulkan kepanikan di kalangan orang tua dan masyarakat setempat, yang tak menyangka program dengan niat baik ini justru berujung pada malapetaka.

Kunjungan Anggota DPR Rajiv: Bukan Sekadar Wakil Rakyat

Merespons krisis ini, Anggota DPR RI Rajiv tiba di Posko KLB Keracunan MBG pada Jumat, 26 September 2025. Kunjungan ini bukan hanya sekadar formalitas, melainkan bentuk keprihatinan mendalam dari wakil rakyat yang daerah pemilihannya (dapil) mencakup Kabupaten Bandung Barat.

"Saya turut prihatin atas kejadian ini. Saya datang bukan hanya sebagai wakil rakyat, tapi juga sebagai saudara," ujar Rajiv dengan nada prihatin. Ia menegaskan komitmennya untuk memastikan bahwa negara tidak akan menutup mata atas penderitaan yang dialami warganya, khususnya di wilayah Bandung Barat ini.

Misteri di Balik Gejala yang Kambuh: Mengapa Korban Bolak-balik Berobat?

Selama kunjungannya, Rajiv mendengarkan langsung cerita-cerita pilu dari para orang tua dan korban keracunan. Salah satu fakta yang paling membingungkan dan menimbulkan kecemasan adalah gejala yang kerap kambuh. Banyak korban yang setelah diobati di posko dan diizinkan pulang, justru kembali merasakan gejala yang sama begitu sampai di rumah.

"Jadi mereka sudah diobati di Posko KLB Keracunan MGB, dibolehkan pulang. Begitu sampai di rumah, mereka kambuh lagi akhirnya balik lagi berobat," ungkap Anggota Komisi IV DPR RI ini. Fenomena ini menimbulkan tanda tanya besar, mengindikasikan kemungkinan adanya masalah yang lebih kompleks atau kontaminasi yang persisten.

Terungkap! Kesalahan Teknis di Dapur Penyebab Malapetaka

Demi mencari akar permasalahan, Rajiv menyempatkan diri untuk berdialog dengan berbagai pihak terkait, termasuk perwakilan Badan Gizi Nasional (BGN). Dari pertemuan inilah, sebuah fakta mengejutkan terungkap mengenai penyebab keracunan massal tersebut.

Perwakilan BGN menyampaikan bahwa insiden ini disebabkan oleh kesalahan teknis dalam proses masak yang dilakukan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). "Perwakilan BGN mengatakan SPPG itu memasak terlalu awal sehingga masakan terlalu lama," jelas Rajiv. Kondisi makanan yang terlalu lama didiamkan setelah dimasak, terutama tanpa penanganan suhu yang tepat, sangat rentan menjadi sarang pertumbuhan bakteri berbahaya yang memicu keracunan.

Desakan untuk Pengawasan Lebih Ketat dan Edukasi Keamanan Pangan

Mendengar penjelasan tersebut, Rajiv langsung melayangkan peringatan keras. "Saya minta jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali," tegasnya. Ia menekankan pentingnya standar operasional prosedur (SOP) yang ketat dalam setiap program penyediaan makanan, terutama yang melibatkan skala besar dan menyasar kelompok rentan seperti anak-anak.

Lebih lanjut, Rajiv mendorong Pemerintah Daerah (Pemda) bersama instansi terkait untuk segera memperketat pengawasan distribusi bahan pangan. Ia juga menekankan pentingnya edukasi keamanan pangan yang harus sampai ke seluruh lapisan masyarakat, mulai dari penyedia makanan hingga konsumen akhir. Pemahaman tentang cara menyimpan, mengolah, dan menyajikan makanan yang aman adalah kunci untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.

Pelajaran Penting dari Insiden Cipongkor: Jangan Sampai Terulang!

Insiden keracunan massal di Cipongkor ini menjadi pengingat pahit akan betapa krusialnya aspek keamanan pangan. Program "makan bergizi gratis" yang seharusnya menjadi solusi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, justru berbalik menjadi ancaman serius akibat kelalaian teknis. Ini menunjukkan bahwa niat baik saja tidak cukup tanpa diiringi dengan pelaksanaan yang profesional dan pengawasan yang ketat.

"Masyarakat berhak mendapatkan jaminan pangan yang sehat dan aman. Keamanan pangan harus menjadi prioritas, karena ini menyangkut hak dasar setiap manusia," ujar Rajiv, yang juga merupakan perwakilan dari Dapil Jawa Barat II meliputi Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung. Tragedi ini harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk lebih serius dalam menjaga kualitas dan keamanan setiap makanan yang didistribusikan kepada publik.

Kejadian ini juga menyoroti pentingnya rantai pasok pangan yang transparan dan akuntabel. Mulai dari pemilihan bahan baku, proses pengolahan, hingga distribusi, setiap tahapan harus diawasi dengan cermat. Harapannya, dengan adanya perhatian serius dari wakil rakyat dan tindakan konkret dari pemerintah daerah, insiden memilukan seperti ini tidak akan pernah terulang lagi di masa depan, dan masyarakat dapat kembali mempercayai program-program pemerintah yang bertujuan untuk kesejahteraan mereka.

banner 325x300