Pabrikan sepeda motor terbesar di Indonesia, Astra Honda Motor (AHM), menyoroti situasi insentif motor listrik yang hingga kini belum juga menemui titik terang. Mereka menilai, uluran tangan pemerintah dalam bentuk insentif adalah langkah krusial yang sangat dinanti. Kebijakan ini, jika kembali diterapkan, akan membawa dampak positif yang signifikan, tidak hanya bagi konsumen tetapi juga bagi para produsen di Tanah Air.
AHM Buka Suara: Insentif Motor Listrik Kunci Pertumbuhan
Ahmad Muhibbuddin, General Manager Corporate Communication AHM, mengungkapkan bahwa pihaknya berada dalam posisi menanti kepastian insentif tersebut. Menurutnya, keberadaan insentif memiliki arti yang sangat besar, baik untuk masyarakat yang ingin beralih ke kendaraan listrik maupun bagi industri yang berinvestasi di sektor ini. "Bagaimana pun insentif itu berarti buat konsumen, buat produsen juga," tegas Muhibbuddin di Jakarta pada Jumat (10/10) lalu.
Insentif pemerintah, lanjutnya, adalah kunci untuk membuat harga motor listrik menjadi lebih terjangkau. Dengan harga yang lebih kompetitif, minat masyarakat untuk membeli atau beralih dari motor konvensional ke motor listrik diharapkan akan melonjak drastis. Ini bukan sekadar tentang diskon, melainkan tentang menciptakan daya tarik pasar yang lebih kuat.
Bukan Sekadar Diskon, Tapi Dorongan Ekosistem
Pemberian insentif bukan hanya sekadar meringankan beban finansial konsumen. Lebih dari itu, insentif berfungsi sebagai katalisator yang mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan di Indonesia. Ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi emisi karbon dan mendorong transisi energi.
AHM sendiri, sebagai pemain utama di pasar, tidak tinggal diam. Mereka sempat mengucurkan ‘insentif’ sendiri dalam bentuk diskon motor listrik yang nilainya mencapai puluhan juta rupiah. Langkah ini menunjukkan komitmen AHM untuk mendorong penggunaan motor listrik, sembari menunggu kebijakan yang lebih komprehensif dari pemerintah.
"Karena itu bisa jadi salah satu faktor mendorong minat atau keinginan orang untuk beli motor listrik," kata Muhibbuddin. Posisi AHM saat ini adalah menanti kebijakan yang konsisten dan berkelanjutan dari pemerintah, demi keberlangsungan dan pertumbuhan ekosistem motor listrik di Indonesia.
Mengapa Insentif Belum Cair? Pemerintah Angkat Bicara
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, akhirnya buka suara mengenai alasan di balik belum cairnya insentif motor listrik. Kebijakan ini memang sempat diberikan kepada masyarakat pada tahun 2024 dengan nominal Rp7 juta per unit. Namun, kuota tersebut telah habis terserap pada Oktober 2024, dan sejak saat itu, belum ada kepastian mengenai kelanjutannya.
Airlangga menjelaskan bahwa kebijakan insentif ini memerlukan pembahasan lebih lanjut karena berkaitan erat dengan mekanisme penganggaran. "Ya itu teknikal dari pada penganggaran," kata Airlangga saat ditemui wartawan di Karawang, Jawa Barat, Kamis (9/10). Ini mengindikasikan bahwa proses alokasi dana dan persetujuan anggaran memiliki kompleksitas tersendiri.
Meskipun tahun 2025 sudah hampir berakhir, Airlangga memperkirakan realisasi kebijakan insentif motor listrik kemungkinan baru akan dilakukan tahun depan. "Tahun depan, belum dibahas," singkatnya, memberikan sinyal bahwa pembahasan detail mengenai insentif ini masih belum menjadi prioritas utama dalam agenda pemerintah saat ini.
Dampak Jangka Panjang: Konsumen dan Industri Terancam?
Penundaan insentif motor listrik ini berpotensi membawa dampak jangka panjang yang signifikan bagi konsumen maupun industri. Tanpa adanya subsidi, harga motor listrik akan tetap berada di level yang relatif tinggi, membuatnya kurang menarik bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini tentu akan memperlambat laju adopsi kendaraan listrik di Indonesia.
Bagi produsen seperti AHM, ketidakpastian kebijakan ini bisa menghambat rencana investasi dan pengembangan produk. Target untuk meningkatkan pangsa pasar motor listrik menjadi lebih sulit dicapai jika daya beli masyarakat tidak didukung oleh kebijakan pemerintah. Akibatnya, pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik nasional pun bisa terhambat.
Konsumen yang sudah menanti-nanti motor listrik dengan harga terjangkau mungkin akan menunda pembelian atau bahkan beralih kembali ke motor konvensional. Ini tentu bukan skenario yang diinginkan jika Indonesia serius ingin menjadi pemimpin di pasar kendaraan listrik regional. Stagnasi minat beli akan menjadi tantangan besar bagi semua pihak.
Menanti Kepastian: Harapan untuk Masa Depan Motor Listrik Indonesia
Pentingnya kebijakan yang konsisten dan prediktif tidak bisa diremehkan. Pemerintah memiliki peran sentral dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan industri motor listrik. Kepastian insentif akan memberikan sinyal positif bagi investor dan konsumen, mendorong mereka untuk lebih berani mengambil langkah.
Sinergi antara pemerintah, produsen, dan konsumen adalah kunci untuk mencapai target ambisius dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Pemerintah perlu segera merumuskan mekanisme penganggaran yang jelas dan mengumumkan kelanjutan insentif. Sementara itu, produsen dapat terus berinovasi dan konsumen bisa aktif menyuarakan aspirasi mereka.
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pasar motor listrik yang kuat, didukung oleh populasi besar dan kesadaran akan lingkungan yang terus meningkat. Namun, potensi ini hanya bisa terwujud jika ada dukungan kebijakan yang kuat dan berkelanjutan dari pemerintah. Tanpa itu, jalan menuju elektrifikasi transportasi akan terasa lebih terjal.
Apa yang Bisa Dilakukan Konsumen?
Bagi konsumen yang tertarik dengan motor listrik namun masih menanti insentif, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, terus pantau perkembangan berita terkait kebijakan pemerintah dan penawaran dari produsen. Terkadang, produsen memberikan diskon atau promo menarik sebagai "insentif" mandiri.
Kedua, bandingkan berbagai model motor listrik yang ada di pasaran. Pertimbangkan fitur, harga, dan layanan purnajual yang ditawarkan. Jangan terburu-buru, tetapi juga jangan sampai ketinggalan informasi penting. Memanfaatkan program cicilan atau tukar tambah juga bisa menjadi alternatif.
Ketiga, terus suarakan harapan dan kebutuhan akan insentif melalui berbagai platform. Semakin banyak suara konsumen yang terdengar, semakin besar kemungkinan pemerintah untuk mempercepat realisasi kebijakan ini. Masa depan motor listrik yang lebih terjangkau ada di tangan kita semua.
Kesimpulannya, insentif motor listrik bukan sekadar program subsidi biasa, melainkan pilar penting dalam membangun ekosistem kendaraan listrik yang kuat di Indonesia. Penundaan yang terus berlanjut berisiko menghambat pertumbuhan industri dan memperlambat transisi energi. Harapan besar kini tertumpu pada pemerintah untuk segera memberikan kepastian dan bertindak demi masa depan transportasi yang lebih hijau.


















