Kanker lambung seringkali dianggap remeh karena gejalanya mirip masalah pencernaan biasa. Padahal, penyakit ini bisa sangat mematikan jika terlambat dideteksi. Penting bagi kita untuk memahami apa saja pemicu utamanya agar bisa melakukan pencegahan sejak dini.
Kanker lambung adalah kondisi di mana sel-sel abnormal tumbuh tak terkendali di lapisan dalam lambung. Sel-sel ini kemudian membentuk tumor yang bisa menyebar ke bagian tubuh lain. Deteksi dini sangat krusial untuk meningkatkan peluang kesembuhan.
Gejala Kanker Lambung yang Sering Menipu
Gejala awal kanker lambung memang sering menipu, bahkan mirip dengan masalah pencernaan ringan. Banyak orang mengabaikannya karena mengira hanya asam lambung naik atau perut kembung biasa. Namun, ada beberapa tanda yang perlu kamu waspadai.
Perut terasa kembung atau begah setelah makan, bahkan jika hanya ngemil sedikit, bisa jadi sinyal. Rasa tidak nyaman yang menjalar ke perut, seperti perih atau nyeri, juga patut dicurigai. Jangan anggap remeh jika kamu sering mual tanpa sebab jelas.
Selain itu, perhatikan perubahan pada feses dan pola buang air besar. Feses berwarna hitam atau adanya darah, serta perubahan dari diare menjadi sembelit atau sebaliknya, perlu diwaspadai. Sendawa yang terasa berbeda, lebih sering atau berbau aneh, juga bisa menjadi indikator.
Gejala lain yang tak kalah penting adalah nafsu makan menurun drastis dan penurunan berat badan yang tidak disengaja. Kamu mungkin juga merasa cepat kenyang meski baru makan sedikit, atau bahkan sering muntah. Jika mengalami kombinasi gejala ini, segera periksakan diri ke dokter.
Pemicu Kanker Lambung yang Wajib Kamu Ketahui
Meskipun penyebab pasti sebagian besar kasus kanker lambung belum diketahui, ada beberapa faktor yang secara signifikan meningkatkan risiko. Yuk, kenali apa saja pemicu utamanya agar kita bisa lebih waspada dan mengambil langkah pencegahan.
1. Infeksi Bakteri Helicobacter pylori
Infeksi bakteri Helicobacter pylori (H. pylori) adalah salah satu penyebab utama kanker lambung. Bakteri ini hidup di lapisan lendir lambung dan bisa menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Sekitar 40 persen kasus kanker lambung di beberapa negara terkait dengan infeksi ini.
Bagi sebagian orang, infeksi H. pylori tidak menimbulkan masalah serius. Namun, pada sebagian lainnya, bakteri ini dapat memicu peradangan kronis dan tukak lambung. Kondisi peradangan jangka panjang inilah yang berpotensi berkembang menjadi kanker.
2. Kebiasaan Merokok
Jangan kaget, kebiasaan merokok ternyata juga jadi pemicu kuat kanker lambung. Sekitar 15 persen kasus kanker lambung di beberapa wilayah dihubungkan dengan rokok. Semakin banyak rokok yang dihisap setiap hari, semakin tinggi pula risikonya.
Zat karsinogen dalam rokok dapat merusak sel-sel di lapisan lambung. Kerusakan sel ini bisa memicu pertumbuhan abnormal yang berujung pada kanker. Bahkan, perokok pasif pun punya risiko yang lebih tinggi.
3. Konsumsi Minuman Beralkohol
Mirip dengan merokok, konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan juga meningkatkan risiko kanker lambung. Orang yang minum tiga gelas atau lebih alkohol setiap hari memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak minum atau hanya sesekali.
Alkohol dapat mengiritasi dan merusak sel-sel di lapisan lambung. Kerusakan kronis ini bisa memicu peradangan dan perubahan sel yang berpotensi menjadi ganas. Jadi, batasi konsumsi alkohol demi kesehatan lambungmu.
4. Kelebihan Berat Badan dan Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas tidak hanya memicu penyakit jantung atau diabetes, tapi juga kanker lambung. Kondisi ini terutama dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kardia, yaitu kanker pada bagian atas lambung yang dekat dengan kerongkongan.
Obesitas dapat menyebabkan peradangan kronis dan perubahan hormonal dalam tubuh. Kedua faktor ini bisa menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan sel kanker di lambung. Menjaga berat badan ideal adalah langkah penting untuk pencegahan.
5. Pola Makan yang Buruk
Pola makan kita sehari-hari punya peran besar dalam kesehatan lambung. Risiko kanker lambung meningkat pada orang yang sering mengonsumsi makanan olahan, tinggi garam, dan diasap. Contohnya seperti daging olahan, ikan asin, atau makanan kalengan.
Makanan-makanan ini sering mengandung zat pengawet atau senyawa karsinogenik yang terbentuk saat proses pengolahan. Konsumsi daging panggang secara teratur juga dapat meningkatkan risiko kanker lambung non-kardia. Sebaliknya, kurangnya asupan buah dan sayur segar juga membuat lambung lebih rentan.
6. Riwayat Operasi Lambung
Ternyata, orang yang pernah menjalani operasi pengangkatan sebagian lambung untuk mengobati penyakit non-kanker, seperti tukak lambung, memiliki risiko lebih tinggi. Ini mungkin terdengar aneh, tapi ada penjelasannya.
Setelah operasi, produksi asam lambung bisa berkurang, yang memungkinkan lebih banyak bakteri berbahaya berkembang biak. Selain itu, refluks empedu dari usus halus ke lambung setelah operasi juga dapat meningkatkan risiko kanker. Jadi, jika punya riwayat operasi lambung, penting untuk rutin kontrol.
7. Jenis Polip Lambung Tertentu
Polip adalah pertumbuhan non-kanker pada lapisan lambung. Meskipun sebagian besar jenis polip tidak berbahaya, ada jenis tertentu yang bisa berkembang menjadi kanker. Polip adenoma adalah salah satu jenis polip yang patut diwaspadai.
Polip adenoma memiliki potensi untuk berubah menjadi sel kanker seiring waktu. Oleh karena itu, jika ditemukan polip jenis ini, dokter biasanya akan merekomendasikan pengangkatan untuk mencegah perkembangan kanker.
8. Faktor Genetik dan Riwayat Keluarga
Faktor genetik juga memainkan peran penting. Jika ada anggota keluarga dekat, seperti orang tua atau saudara kandung, yang pernah menderita kanker lambung, risiko kamu untuk mengalaminya juga meningkat. Ini menunjukkan adanya kecenderungan genetik.
Beberapa sindrom genetik langka, seperti Hereditary Diffuse Gastric Cancer (HDGC), secara signifikan meningkatkan risiko kanker lambung. Jika ada riwayat keluarga yang kuat, konsultasikan dengan dokter untuk skrining lebih lanjut.
9. Usia dan Jenis Kelamin
Kanker lambung lebih sering didiagnosis pada orang yang lebih tua. Risiko penyakit ini meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 50 tahun. Selain itu, pria juga memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan wanita.
Meskipun faktor usia dan jenis kelamin tidak bisa diubah, kesadaran akan peningkatan risiko ini penting. Ini bisa mendorong deteksi dini dan gaya hidup sehat yang lebih proaktif.
10. Kondisi Medis Lainnya
Beberapa kondisi medis lain juga dapat meningkatkan risiko kanker lambung. Misalnya, anemia pernisiosa, yaitu kondisi autoimun yang memengaruhi penyerapan vitamin B12, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko.
Selain itu, penyakit Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) kronis yang parah, meskipun lebih sering dikaitkan dengan kanker kerongkongan, juga dapat memengaruhi bagian kardia lambung. Paparan asbes atau debu batu bara di lingkungan kerja juga bisa menjadi faktor risiko.
Melihat daftar pemicu di atas, banyak di antaranya yang bisa kita kontrol melalui gaya hidup sehat. Hindari kebiasaan merokok dan minum alkohol berlebihan, jaga berat badan ideal, serta konsumsi makanan bergizi seimbang. Jangan lupa, segera periksakan diri jika mengalami gejala mencurigakan. Deteksi dini adalah kunci utama untuk melawan kanker lambung.


















