Misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) yang berlayar menuju Jalur Gaza, Palestina, kembali menghadapi rintangan serius. Kapal terakhir dari armada mereka, Marinette, dilaporkan telah dibajak oleh pasukan Israel pada Jumat (3/10). Insiden ini menambah daftar panjang ketegangan di perairan Mediterania.
Pembajakan ini terjadi di tengah upaya GSF untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan oleh penduduk Gaza. Dengan dibajaknya Marinette, seluruh armada GSF yang semula berjumlah puluhan kapal kini telah berada di bawah kendali Israel, mengakhiri perjalanan yang penuh harapan dan tantangan.
Detik-detik Pembajakan Kapal Terakhir: Misi Kemanusiaan yang Berakhir Tegang
Momen-momen terakhir sebelum pembajakan Marinette sempat terekam dalam siaran langsung GSF di YouTube. Tayangan tersebut memperlihatkan pasukan Israel mendekati kapal dan dengan cepat merangsek masuk. Tak lama setelah itu, siaran langsung mendadak terputus, meninggalkan pertanyaan besar mengenai nasib para awak kapal dan aktivis di dalamnya.
Marinette adalah satu-satunya kapal dari rombongan GSF yang masih berlayar gigih pada Jumat itu. Kapal tersebut membawa harapan besar untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang terkepung. Berdasarkan data pelacakan kapal GSF, Marinette terakhir terdeteksi berjarak sekitar 75 kilometer dari pesisir barat Gaza, sangat dekat dengan tujuannya.
Mengenal Global Sumud Flotilla: Harapan di Tengah Blokade Gaza
Global Sumud Flotilla (GSF) merupakan sebuah gerakan internasional yang bertekad untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, Palestina. Wilayah tersebut telah lama berada di bawah blokade ketat Israel, menyebabkan krisis kemanusiaan yang mendalam bagi penduduknya. Inisiatif mulia ini dimulai sejak 31 Agustus lalu, melibatkan sekitar 40 kapal sipil dari berbagai negara.
Armada GSF tidak hanya diisi oleh para pelaut biasa, tetapi juga sejumlah jurnalis yang ingin meliput langsung, tenaga kesehatan yang siap memberikan pertolongan, hingga para aktivis kemanusiaan dan iklim. Salah satu nama besar yang turut serta dalam pelayaran ini adalah aktivis iklim ternama, Greta Thunberg, yang kehadirannya menarik perhatian global.
Greta Thunberg dan Ratusan Aktivis Lainnya Ikut Terjaring
Sebelum insiden Marinette, armada GSF telah mengalami serangkaian pembajakan yang lebih besar. Pada Rabu (1/10), angkatan laut Israel mencegat dan membajak puluhan kapal GSF yang mulai mendekati perairan Gaza. Operasi tersebut berujung pada penangkapan lebih dari 400 aktivis yang kemudian digelandang ke Israel.
Di antara ratusan aktivis yang ditangkap, nama Greta Thunberg menjadi sorotan utama. Kehadiran aktivis muda yang vokal ini dalam misi kemanusiaan tersebut semakin memperkuat narasi global mengenai pentingnya akses bantuan ke Gaza. Penangkapannya memicu gelombang protes dan kecaman dari berbagai pihak di seluruh dunia.
Bukan Kali Pertama: Sejarah Konflik Armada Bantuan dan Israel
Perjalanan GSF menuju Gaza tidaklah mulus sejak awal. Armada ini beberapa kali mendapat serangan dan gangguan, yang menurut pihak GSF didalangi oleh Negeri Zionis. Serangan-serangan tersebut terjadi di berbagai titik, termasuk saat GSF berlayar di perairan Yunani dan ketika berlabuh di Tunisia, menunjukkan pola pencegatan yang konsisten.
Insiden-insiden ini bukan hal baru dalam upaya pengiriman bantuan ke Gaza melalui jalur laut. Sejarah mencatat beberapa kali armada bantuan kemanusiaan, yang dikenal sebagai "flotilla", mencoba menembus blokade Israel. Upaya-upaya ini seringkali berujung pada konfrontasi, penangkapan, dan pembajakan kapal, menegaskan kompleksitas situasi di kawasan tersebut.
Respons Dunia dan Langkah Selanjutnya: Akankah Bantuan Sampai ke Gaza?
Meskipun menghadapi rintangan besar, semangat untuk mengirimkan bantuan ke Gaza tidak padam. Pasca kapal-kapal GSF dicegat dan dibajak Israel, Freedom Flotilla Coalition (FFC) segera mengambil langkah responsif. Mereka mengerahkan sembilan kapal baru untuk bergabung dalam upaya menembus blokade Israel di Gaza.
Kesembilan kapal FFC ini diberi nama yang penuh makna, seperti Abd Elkarim Eid (Thaï), Alaa Al-Najjar (King Julian), Anas Al Sharif (Fouka), Conscience, Gaza Sunbird (Neruda), Leïla Khaled (Tadzio), Milad (Algol), Soul of My Soul, dan Umm Saad (Maiden). Saat ini, kapal-kapal tersebut masih terpantau berada di perairan internasional Mediterania, menunggu momen yang tepat untuk melanjutkan misi mereka.
Pembajakan Marinette dan penangkapan ratusan aktivis, termasuk Greta Thunberg, telah memicu reaksi keras dari komunitas internasional. Banyak pihak menyerukan agar Israel menghormati hukum internasional dan memungkinkan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza. Namun, dengan situasi yang terus bergejolak, pertanyaan besar tetap menggantung: akankah bantuan kemanusiaan ini pada akhirnya dapat mencapai tangan-tangan yang membutuhkan di Jalur Gaza? Dunia menanti dengan cemas.


















