banner 728x250

Viral! Nintendo Ngamuk, Pokemon ‘Gotta Catch ‘Em All’ Disalahgunakan Imigrasi AS Trump

viral nintendo ngamuk pokemon gotta catch em all disalahgunakan imigrasi as trump portal berita terbaru
banner 120x600
banner 468x60

Nintendo, raksasa pemilik waralaba Pokemon dari Jepang, baru-baru ini menyatakan kemarahannya. Mereka tidak setuju sama sekali dengan penggunaan karakter anime populer tersebut dalam sebuah video viral. Video kontroversial itu terkait dengan kebijakan imigrasi pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump.

Awal Mula Kontroversi: Video Viral ICE

banner 325x300

Kegeraman Nintendo bermula dari sebuah video yang diunggah oleh badan imigrasi AS, atau ICE. Video tersebut secara terang-terangan mengaitkan slogan ikonik Pokemon, "Gotta Catch ‘Em All", dengan tindakan keras imigrasi AS. Slogan tersebut digunakan untuk menggambarkan operasi penangkapan imigran.

Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, atau Homeland Security, bahkan mengunggah klip video tersebut di platform X (sebelumnya Twitter) pekan ini. Video itu menampilkan adegan penggerebekan imigrasi yang dilakukan oleh petugas ICE. Visualnya cukup gamblang, menunjukkan polisi bersenjata dan petugas patroli perbatasan memborgol individu yang digambarkan sebagai imigran ilegal.

Lebih parahnya lagi, klip video tersebut diiringi latar lagu tema Pokemon versi Bahasa Inggris yang sangat familiar. Selain itu, sepanjang video, ada gambar karakter utama Satoshi, yang di Amerika Utara dikenal sebagai Ash. Ash terlihat melempar "Poke Ball", alat yang digunakan untuk menangkap dan menyimpan monster liar dalam seri Pokemon.

Slogan Ikonik yang Disalahgunakan

Slogan "Gotta Catch ‘Em All" telah menjadi identitas global bagi Pokemon sejak lama. Slogan ini merujuk pada misi para pelatih Pokemon untuk mengumpulkan semua jenis monster saku yang berbeda. Namun, dalam konteks video ICE, slogan ini secara implisit diartikan sebagai "harus menangkap semua" imigran, sebuah konotasi yang sangat jauh dari makna aslinya.

Penggunaan lagu tema dan visual Ash melempar Poke Ball semakin memperkuat asosiasi yang tidak diinginkan ini. Hal ini menciptakan kesan bahwa penangkapan imigran ilegal adalah semacam "permainan" atau "misi" yang serupa dengan mengumpulkan Pokemon. Tentu saja, hal ini memicu gelombang kritik dan ketidaknyamanan, terutama dari pihak Nintendo.

Operasi ‘Midway Blitz’ Trump dan Keterkaitannya

Kontroversi ini tidak bisa dilepaskan dari konteks kebijakan imigrasi pemerintahan Trump. Pada September lalu, pemerintahan Trump memang meluncurkan Operasi ‘Midway Blitz’. Ini adalah operasi imigrasi terbaru yang salah satunya dilakukan di Chicago.

Operasi tersebut secara spesifik menyatakan akan menyasar "penjahat terburuk dari yang terburuk". Video yang menggunakan elemen Pokemon ini tampaknya dibuat untuk mendukung dan mempromosikan operasi semacam itu. Namun, penggunaan kekayaan intelektual yang populer dan berorientasi keluarga seperti Pokemon untuk tujuan politik yang sensitif ini justru menjadi bumerang.

Reaksi Keras dari Nintendo

Menanggapi video yang viral tersebut, Humas Nintendo, perusahaan permainan video yang memiliki hak waralaba Pokemon, mengeluarkan pernyataan tegas. "Kami tidak pernah menyetujui penggunaan kekayaan intelektual yang kami kendalikan," kata mereka, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (27/9). Pernyataan ini menunjukkan betapa seriusnya Nintendo menanggapi insiden ini.

Nintendo dengan tegas membantah terlibat dalam pembuatan atau penyebaran video ICE yang menggunakan materi Pokemon tersebut. Mereka menekankan bahwa penggunaan karakter dan slogan Pokemon tanpa izin adalah pelanggaran hak cipta. Hal ini juga berpotensi merusak citra merek yang telah mereka bangun selama puluhan tahun.

Sejarah dan Popularitas Pokemon: Sebuah Ikon Global

Pokemon telah menjadi sebuah ikon pop global yang tak terbantahkan. Waralaba ini pertama kali diluncurkan dalam konsol Game Boy keluaran Nintendo pada tahun 1996. Ide dasarnya terinspirasi dari tradisi masa kecil anak-anak saat musim panas di Jepang, yaitu mengumpulkan serangga.

Dalam seri Pokemon, para pemain menangkap dan melatih "monster saku" (pocket monster/pokemon) yang terinspirasi oleh berbagai hal, mulai dari tikus hingga naga. Dengan karakter protagonis monster saku Pikachu yang menggemaskan, Pokemon kemudian menjadi makin populer. Kesuksesan ini didorong oleh serial animasinya yang mendunia, serta gim ponsel seluler augmented-reality "Pokemon Go" yang sempat menggemparkan dunia.

Popularitas yang masif ini membuat Pokemon menjadi salah satu waralaba media terbesar di dunia. Karakter-karakternya dikenal dan dicintai oleh jutaan orang dari berbagai usia dan latar belakang. Oleh karena itu, penggunaan merek ini dalam konteks politik yang kontroversial menjadi sangat sensitif.

Mengapa Nintendo Begitu Tegas Menjaga Kekayaan Intelektualnya?

Ketegasan Nintendo dalam menjaga kekayaan intelektualnya bukan tanpa alasan. Bagi perusahaan sebesar Nintendo, merek Pokemon adalah aset yang sangat berharga. Penggunaan tanpa izin, apalagi untuk tujuan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai merek, dapat menimbulkan kerugian besar.

Pokemon selalu dikenal sebagai merek yang ramah keluarga, positif, dan berorientasi pada petualangan serta persahabatan. Mengaitkannya dengan isu imigrasi yang memecah belah dan tindakan penangkapan bisa merusak citra ini. Nintendo harus melindungi reputasinya dan memastikan bahwa Pokemon tetap menjadi simbol kegembiraan dan kebersamaan, bukan alat propaganda politik.

Selain itu, ada masalah hukum terkait hak cipta dan merek dagang. Setiap penggunaan kekayaan intelektual tanpa izin merupakan pelanggaran hukum. Nintendo memiliki hak penuh untuk mengontrol bagaimana karakter dan merek dagang mereka digunakan. Pernyataan tegas ini juga berfungsi sebagai peringatan bagi pihak lain agar tidak sembarangan menggunakan aset mereka.

Dampak dan Implikasi Kontroversi Ini

Kontroversi ini menyoroti pentingnya etika dalam penggunaan materi budaya populer. Ketika sebuah entitas pemerintah menggunakan merek komersial untuk tujuan politik, hal itu dapat menimbulkan berbagai implikasi. Pertama, bisa jadi ada persepsi bahwa merek tersebut mendukung kebijakan tertentu, yang dapat memecah belah basis penggemar.

Kedua, hal ini membuka diskusi tentang batas-batas kebebasan berekspresi versus perlindungan kekayaan intelektual. Meskipun video tersebut mungkin dimaksudkan untuk menjadi satire atau sindiran, penggunaan merek dagang yang dilindungi tanpa izin tetap merupakan pelanggaran.

Pada akhirnya, insiden ini menjadi pengingat bagi semua pihak. Bahwa merek dan karakter yang dicintai publik memiliki nilai dan integritas yang harus dihormati. Nintendo telah berbicara, dan pesannya jelas: Pokemon adalah tentang persahabatan dan petualangan, bukan alat untuk kampanye politik yang kontroversial.

banner 325x300