Film "Rangga & Cinta" hadir sebagai penjelmaan kembali kisah legendaris "Ada Apa dengan Cinta?" (2002) yang telah lama dinanti. Sejak awal, terasa jelas bahwa proyek ini digarap dengan keseriusan dan penuh cinta oleh seluruh tim di baliknya. Namun, di balik segala kebaikan yang ditawarkan, ada beberapa elemen yang mungkin akan membuat penonton terkejut.
Keseriusan yang Terasa dari Setiap Adegan
Keseriusan tersebut terpancar dari berbagai aspek, mulai dari penulisan cerita hingga pemilihan pemain. Sebagai film rebirth, "Rangga & Cinta" cukup setia dalam menghidupkan kembali narasi ikonik era 2000-an tersebut. Mira Lesmana dan Titien Wattimena, selaku penulis naskah, mengadopsi "AADC" dengan porsi cerita dan urutan adegan yang nyaris sama persis.
Riri Riza, sang sutradara, berhasil mewujudkan skenario itu menjadi adegan yang hidup selama dua jam. Ia mampu menghadirkan cerita legendaris "AADC" dengan nuansa baru yang sangat menjanjikan. Film ini terasa manis dan sukses menyuguhkan rona anak muda yang kuat.
Ada pula keputusan berani Riri untuk mengubah sejumlah adegan, seperti momen eksplisit Alya yang ingin mengakhiri hidupnya karena tingkah abusif sang ayah. Versi "Rangga & Cinta" menuturkan kisah Alya (Jasmine Nadya) dengan cara yang tidak lagi terlalu eksplisit dan triggering. Ini menunjukkan pendewasaan Miles Films yang mau berbenah dan mengoreksi karyanya sendiri di masa lalu.
Wajah Baru yang Mencuri Perhatian
Salah satu hal paling menonjol adalah kehadiran wajah-wajah baru para pemeran "Rangga & Cinta". Proses panjang audisi yang dihabiskan Miles Films untuk mencari talenta terbaik ternyata membuahkan hasil manis. El Putra Sarira, aktor debutan pemeran Rangga, adalah salah satu produk terbaik dari proses tersebut.
Ia berhasil berdiri di luar bayang-bayang Nicholas Saputra, menghadirkan Rangga baru dengan warnanya sendiri yang lebih membumi. El mampu menyuguhkan setiap lapisan karakter Rangga dengan baik, bahkan saat harus memikul cerita dan membangun chemistry dengan Cinta. Leya Princy juga tampil menjanjikan sebagai Cinta, konsisten memperlihatkan sosok yang menyenangkan untuk diikuti perjalanannya.
Penampilan Jasmine Nadya, Daniella Tumiwa, Kyandra Sembel, Katyana Mawira, Rafly Altama, hingga Rafi Sudirman juga membuktikan Miles Films tidak salah pilih. Mereka semua mampu menghidupkan karakter masing-masing dengan apik. Namun, jika harus memilih satu yang paling memikat, Jasmine Nadya sebagai Alya adalah jawabannya. Ia menghadirkan kesan mendalam yang mengingatkan pada Ladya Cheryl di "AADC" versi pertama.
Ketika Elemen Musikal Jadi Bumerang
Di balik semua pujian, ada beberapa aspek yang terasa mengganjal, terutama datang dari elemen musikal. Persembahan baru yang ditawarkan dalam rebirth "AADC" ini justru menjadi bumerang yang membuat penonton kurang bisa sepenuhnya meresapi emosi. Elemen musikal itu tampaknya dihadirkan untuk membuat adegan semakin solid dan berwarna.
Namun, sebagian besar percobaan tersebut justru gagal menghasilkan kesan yang diinginkan. Banyak adegan musikal yang berakhir hanya sebagai peramai, bahkan tak jarang membuat penonton ingin cepat usai dan beralih ke adegan lain. Untungnya, lagu pembuka dan momen duet romantis Rangga-Cinta masih bisa diterima dengan baik dan terasa pas.
Tidak Se-Flawless Versi Asli, Tapi Tetap Menjanjikan
Meskipun mengadopsi materi cerita yang sama, "Rangga & Cinta" tidak melaju semulus "AADC" versi pertama. Karya rebirth ini sesekali terasa jumpy ketika beralih dari satu bagian ke bagian lainnya, tidak se-solid dan flawless pendahulunya. Perubahan adegan ikonis di bandara juga cukup disayangkan, meskipun keputusan kreator bisa dipahami mengingat konteks zaman dan perbedaan karakter Rangga yang baru.
Sebagai penonton yang diajak melihat Jakarta masa 2000-an, koneksi dengan dunia yang coba dihadirkan terasa kurang kuat. Hal ini mungkin karena reviewer bukan dari generasi yang menonton AADC di bioskop dua dekade lalu, namun ini bisa jadi poin penting bagi penonton baru. Film ini mungkin lebih kuat dalam aspek personal dan emosional karakternya.
Potensi Semesta yang Sayang Dilewatkan
Kehadiran "Rangga & Cinta" memicu harapan akan pengembangan IP ini lebih luas di masa depan. Akan sangat menarik jika semesta Rangga & Cinta dieksplorasi lewat perspektif berbeda dengan para pemeran yang sama. Kisah Milly (Katyana Mawira) dan Mamet (Rafly Altama) misalnya, tampak sangat menjanjikan dengan chemistry bagus yang mereka tampilkan, meski hanya sekilas.
Ada pula kisah-kisah lain yang layak digali, seperti babak baru persahabatan Geng Cinta atau cerita dari perspektif Rangga yang lebih mendalam. Semoga Miles Films tidak perlu menghabiskan ratusan purnama untuk mewujudkan potensi ini, demi mengoptimalkan para pemeran yang masih remaja. "Rangga & Cinta" adalah sebuah upaya berani yang patut diapresiasi, meski dengan beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan.


















