Jumat, 03 Okt 2025 20:10 WIB
Jakarta, CNN Indonesia — Kamu mungkin sering mendengar isu atau bahkan khawatir soal bahan bakar minyak (BBM) yang dicampur dengan etanol. Tapi, tahukah kamu kalau praktik ini sebenarnya bukan hal baru, bahkan sudah lazim di kancah internasional? Dirjen Migas Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, baru-baru ini membongkar fakta mengejutkan yang mungkin bikin kamu melongo.
Menurut Laode, penggunaan etanol dalam BBM itu sudah seperti resep rahasia yang dipakai banyak negara maju. Jadi, kalau kamu mikir ini cuma akal-akalan di Indonesia, siap-siap kaget, karena ternyata ini adalah tren global yang sudah berlangsung lama.
Etanol dalam BBM: Bukan Hal Baru, Tapi Rahasia Global?
Laode Sulaeman, sosok penting di Kementerian ESDM dan dikenal sebagai "anak buah" Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa pencampuran etanol ke dalam bensin bukanlah inovasi dadakan. Ia mencontohkan langsung praktik yang sudah berjalan di Amerika Serikat (AS), salah satu kiblat teknologi dan industri dunia. Di sana, perusahaan sekelas Shell plc pun sudah lama mencampurkan etanol dalam produk bensin mereka.
"Padahal kalau di Amerika saja Shell juga sudah pakai etanol. Di Amerika sendiri mereka bensinnya pakai etanol, saya bisa kasih lihat bukti-bukti itu," ujar Laode dengan yakin di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (3/10). Pernyataan ini seolah ingin menepis keraguan publik dan menunjukkan bahwa Indonesia tidak sendirian dalam menerapkan kebijakan ini.
Dari Amerika hingga Brasil: Etanol Sudah Jadi Tren Dunia
Praktik pencampuran etanol ini ternyata bukan cuma monopoli AS. Laode menjelaskan bahwa secara internasional, penggunaan etanol dalam BBM sudah sangat umum dan diterima. Ini bukan sekadar eksperimen, melainkan sebuah standar yang telah diterapkan di berbagai belahan dunia.
Bahkan, ia menyebutkan bahwa di beberapa negara, etanol justru dianggap mampu meningkatkan kualitas bensin. Ambil contoh Brasil, negara yang memiliki industri hulu etanol sangat besar. Di sana, kadar campuran etanol atau yang dikenal sebagai ‘E-nya’ sudah di atas 20 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dari yang mungkin kita bayangkan, dan membuktikan bahwa etanol tidak mengganggu performa kendaraan sama sekali.
Bukan Sekadar Campuran, Tapi Peningkat Kualitas dan Penyelamat Lingkungan
Mungkin ada di antara kamu yang khawatir kalau campuran etanol bisa merusak mesin kendaraan atau mengurangi efisiensi. Namun, Laode dengan tegas membantah kekhawatiran tersebut. Ia menyatakan bahwa etanol tidak mengganggu performa, bahkan justru bisa memberikan dampak positif.
Selain meningkatkan kualitas, penggunaan etanol dalam BBM juga memiliki manfaat lingkungan yang signifikan. Etanol adalah bahan bakar nabati yang lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil murni. Dengan mencampurkan etanol, kita secara tidak langsung berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya fosil yang semakin menipis.
Analogi Pisang Goreng: Sesederhana Itu Manfaat Etanol?
Untuk membuat penjelasannya lebih mudah dicerna, Laode menggunakan analogi yang sangat sederhana dan relatable: pisang goreng. Ia menyamakan kehadiran etanol dalam bensin dengan "butiran garam" pada pisang goreng.
"Kalau pisang goreng ditambah sedikit garam rasanya bisa lebih enak, begitu pula dengan etanol dalam bensin. Sama-sama enak, hanya cara bikinnya berbeda," ujarnya. Analogi ini menggambarkan bahwa meskipun jumlahnya mungkin sedikit, campuran etanol bisa memberikan efek positif yang signifikan, mirip seperti garam yang bisa menyempurnakan rasa pisang goreng.
Kisruh Vivo dan BP AKR: Ketika Etanol Jadi Biang Kerok Pembatalan Impor
Di tengah penjelasan Laode yang menenangkan, ada satu insiden yang sempat menjadi sorotan publik. PT Vivo Energy Indonesia dan BP AKR diketahui batal membeli base fuel impor dari Pertamina Patra Niaga. Alasannya? Uji laboratorium menemukan kandungan etanol sekitar 3,5 persen dalam bahan bakar tersebut.
Vivo berdalih bahwa pembatalan terjadi karena spesifikasi tidak sesuai permintaan mereka. Padahal, kadar etanol 3,5 persen ini masih sepenuhnya diperbolehkan oleh regulasi ESDM yang berlaku. Insiden ini menunjukkan adanya miskomunikasi atau mungkin kurangnya pemahaman tentang standar global yang sudah diterapkan.
Pertamina dan Komitmen Global: Menuju Energi yang Lebih Bersih
Pertamina sendiri, melalui Pertamina Patra Niaga, telah menegaskan bahwa pencampuran etanol ke dalam BBM adalah praktik global yang mereka dukung penuh. Mereka melihat ini sebagai langkah strategis untuk mengurangi emisi dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam transisi energi bersih.
Beberapa negara besar seperti Brasil, AS, Uni Eropa, hingga India telah lebih dulu menerapkan kebijakan etanol blending dalam bahan bakar mereka. Ini bukan lagi sekadar wacana, melainkan sebuah realitas yang sudah dijalankan secara luas. Jadi, langkah Pertamina ini sebenarnya mengikuti jejak negara-negara maju yang peduli lingkungan.
Masa Depan BBM Indonesia: Siapkah Kita dengan Era Etanol?
Dengan adanya penjelasan dari Dirjen Migas ini, jelas bahwa isu etanol dalam BBM bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Sebaliknya, ini adalah bagian dari evolusi industri energi global menuju praktik yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Indonesia, melalui Kementerian ESDM dan Pertamina, sedang berupaya menyelaraskan diri dengan tren dunia ini.
Ke depan, bukan tidak mungkin kita akan melihat peningkatan kadar campuran etanol dalam BBM di Indonesia, mengikuti jejak Brasil yang sudah mencapai di atas 20 persen. Ini adalah langkah progresif yang tidak hanya menguntungkan lingkungan, tetapi juga berpotensi menciptakan efisiensi dan stabilitas energi jangka panjang bagi negara kita. Jadi, mari kita sambut era BBM yang lebih hijau ini dengan pemahaman yang lebih baik.


















